Gus Nadir: Kalau Nggak Ada Wayang, Belum Tentu Islam Diterima dengan Baik

JAKARTA, iNews.id - Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand, KH Nadirsyah Hosen, angkat suara mengenai polemik wayang haram. Menurut dia, sebagai warisan budaya Indonesia, wayang memiliki peran besar dalam proses Islamisasi di Nusantara Nusantara. Wayang telah digunakan para wali di masa lalu untuk melancarkan proses tersebut. 

"Kalau nggak ada wayang, belum tentu Islam diterima dengan sangat baik di masyarakat Jawa,” kata, Gus Nadir, sapaan akrabnya, dikutip dari keterangan resmi NU, Rabu (16/2/2022). 

Baca Juga

Bus Umrah Tabrakan dengan Truk Tangki di Dekat Madinah, 42 Jemaah Dikhawatirkan Meninggal

Wayang dinilai sebagai media komunikatif yang efektif dalam menyebarkan pesan-pesan moral kepada masyarakat.

“Kita justru sekarang menikmati berbagai pesan moral, kebajikan dan keagamaan lewat medium kisah-kisah pewayangan,” ungkapnya.

Baca Juga

Asal Usul Wayang Kulit yang Jadi Kontroversi Ustaz Khalid Basalamah Minta Maaf

Menurut dia, wayang sendiri merupakan tradisi yang sudah dipandang baik oleh masyarakat. Berkenaan dengan wayang yang dijadikan sebagai alat berdakwah, Gus Nadir menerangkan bahwa hal tersebut tidak menyalahi ajaran agama.

"Dengan: al-‘Adah Muhakkamah (adat kebiasaan dijadikan panduan menetapkan hukum),” katanya.

Menurutnya ada beberapa kaidah lain yang dapat mendasarinya, seperti kaidah “al-Ma’ruf ‘urfan ka al-Masyrut Syartan”. Istilah itu berarti hal baik yang sudah dikenal secara kebiasaan diterima seperti halnya syariat. 

Atau, “al-Tsabit bi al-dalalah al-‘urf ka al-tsabit bi al-dalalah al-nash” (yang ditetapkan dengan indikasi dari adat sama statusnya dengan yang ditetapkan berdasarkan petunjuk nash).