Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Deklarasi Sekber GKSR, Partai Perindo Ingin Kawal Pemilu Berintegritas
Advertisement . Scroll to see content

Harga Kedelai Melonjak, Partai Perindo: Perbaiki Tata Kelola Impor dan Tingkatkan Produksi Lokal

Selasa, 22 Februari 2022 - 21:37:00 WIB
Harga Kedelai Melonjak, Partai Perindo: Perbaiki Tata Kelola Impor dan Tingkatkan Produksi Lokal
Ketua DPP Bidang Sosial dan Kesejahteraan Rakyat Partai Perindo, Yerry Tawalujan mengusulkan sejumlah langkah untuk mengatasi masalah kenaikan harga kedelai. (Foto: MPI/Muhammad Farhan)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Partai Perindo menyoroti polemik kenaikan harga kedelai dengan mengusulkan perbaikan tata kelola impor dan peningkatan produksi kedelai lokal. Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Bidang Sosial Partai Perindo, Yerry Tawalujan, Selasa (22/02/2022).

"Menurut data BPS, kebutuhan kedelai nasional kita rata-rata 2,8 sampai 3 juta ton setahun. Padahal kemampuan produksi kedelai lokal hanya 500.000 ton sampai 600.000 ton setahun. Data Kementerian Pertanian menyebutkan 86,4 persen kebutuhan kedelai dalam negeri berasal dari impor. Tahun 2019 kita mengimpor 2,67 juta ton kedelai, terbanyak berasal dari Amerika Serikat, yaitu 2,51 juta ton," ujarnya.

Yerry menjelaskan karena sangat bergantung pada impor, maka harga kedelai dipengaruhi oleh banyak variabel. Ada yang dapat dikendalikan dan ada yang tidak. 

"Kenaikan harga kedelai global, persaingan dagang Amerika Serikat dan China, fluktuasi mata uang dolar AS, itu contoh variabel yang tidak bisa kita kendalikan. Tetapi ada variabel yang dapat kita kendalikan seperti menyediakan kapal-kapal kargo besar untuk menekan biaya pengiriman, supaya tidak tergantung kapal kargo dari negara lain," ujar Yerry.

Jadi, solusi yang pertama, menurut Yerry, pemerintah perlu memperbaiki tata kelola impor kedelai agar seefisien mungkin. Yang kedua yaitu meningkatkan produksi kedelai lokal.

Data dari Litbang Partai Perindo menyebutkan ada tiga alasan rendahnya produksi kedelai dalam negeri:

1.  Faktor iklim

Kedelai merupakan tanaman yang sebenarnya tumbuh di iklim subtropis sehingga pertumbuhan di daerah tropis seperti Indonesia menjadi tidak maksimal. Usaha produksi kedelai di Indonesia harus menyesuaikan dengan pola dan rotasi tanam. 

Hal ini disebabkan karena petani belum menilai kedelai sebagai tanaman utama. Kedelai merupakan jenis tanaman yang membutuhkan kelembaban tanah yang cukup dan suhu yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang optimal.

Sementara itu, di Indonesia curah hujan yang tinggi pada musim hujan sering berakibat tanah menjadi jenuh air. Drainase yang buruk juga menyebabkan tanah juga menjadi kurang ideal untuk pertumbuhan kedelai.

2. Luas lahan yang terus menurun

Dalam satu dekade terakhir, produksi kedelai nasional cenderung turun dari 907.000 ton pada 2010 menjadi 424.200 ton pada 2019 dan 500.000 ton pada tahun 2020. Salah satu penyebabnya yaitu luas lahan panen yang terus menyusut dari 660.800 ha pada 2010 menjadi 285.300 ha pada 2019. 

Hal ini juga dipengaruhi perubahan fungsi lahan ke sektor nonpertanian. Perubahan lahan pertanian tidak bisa dihindari karena laju perkembangan dan pertumbuhan penduduk.

3. Budi daya kedelai tidak menguntungkan

Petani menganggap budi daya kedelai tidak menguntungkan. Berdasarkan data BPS, harga produksi kedelai di tingkat petani rata-rata Rp8.248 per kg. Namun, ketika dijual ke konsumen hanya sekitar Rp10.415 per kg.

Artinya, keuntungan yang diterima petani dinilai terlalu rendah dengan masa tanam berkisar tiga sampai empat bulan. Oleh karena itu, Yerry mengimbau pemerintah melalui Kementerian Pertanian untuk serius membenahi produksi kedelai dalam negeri supaya terjadi swasembada kedelai. 

Partai Perindo mengusulkan tiga hal yang harus digenjot Pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri:

1. Budi daya tanaman kedelai dengan menggunakan bibit unggul

BRIN (Badan Riset Nasional) atau Balitbang Kementerian Pertanian dapat melakukan riset dan inovasi bibit kedelai yang unggul dan adaptif dengan keadaan geografis dan iklim di Indonesia. Sehingga budi daya tanaman kedelai bisa dilakukan sepanjang tahun.

2. Peningkatan SDM dan pendampingan petani kedelai di Indonesia

Harus ada pelatihan dan pendampingan kepada petani kedelai, sehingga SDM petani kedelai mumpuni dan dapat menghasilkan produksi kedelai yang berkualitas dan panen melimpah. Pelatihan dan pendampingan ini bisa dilakukan oleh Kementerian Pertanian melalui penyuluh petanian atau bekerja sama dengan unversitas yang memiliki jurusan pertanian.

3. Penambahan lahan budi daya kedelai

Jumlah lahan yang terus menurun sudah pasti menurunkan jumlah produksi kedelai. Oleh karena itu apabila SDM yang terlatih sudah banyak maka penambahan lahan untuk budi daya kedelai harus ditambah yang hanya digunakan untuk tanam kedelai.

Banyak lahan mati/menganggur milik pemerintah di kota-kota besar seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pertanian terutama kedelai. Jadi, pemerintah menyiapkan bibit unggul, pelatihan, dan pendampingan serta lahan.

Editor: Rizal Bomantama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut