Indeks Optimisme Anak Muda 2023: Optimistis pada Pendidikan, tapi Masih Ragu pada Politik dan Hukum
JAKARTA, iNews.id - Good News From Indonesia (GNFI) bersama riset Populix merilis survei Indeks Optimisme Generasi Muda 2023. Tujuannya mengukur tingkat optimisme anak muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai aspek, beserta berbagai alasan yang melatarbelakanginya.
Indeks ini mengungkap tingkat optimisme generasi muda terhadap lima dimensi utama, yang meliputi pendidikan dan kebudayaan, kebutuhan dasar, ekonomi dan kesehatan, kehidupan sosial, politik dan hukum.
Pendidikan dan Kebudayaan menduduki peringkat optimisme paling tinggi, lalu disusul dengan kebutuhan dasar, ekonomi dan kesehatan dan kehidupan sosial. Sementara pada politik dan Hukum menjadi yang terendah.
Selain itu, Generasi muda di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua, memiliki tingkat optimisme lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya, terutama pada aspek ekonomi, kesehatan dan kehidupan sosial.
“Kami melihat dengan adanya bonus demografi di mana dalam beberapa tahun ke depan akan didominasi oleh generasi milenial dan juga generasi Z, hal ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh pemangku kepentingan di Indonesia, aspek-aspek yang harus dibenahi dan apa saja yang dapat terus didorong pertumbuhannya,” terang CEO & Co-Founder Populix Timothy Astandu, dalam keteranganya, Rabu (15/11/2023).
Generasi Muda Indonesia 2023 paling optimistis pada sektor pendidikan dan kebudayaan. Berbeda dengan hasil survei tahun sebelumnya yang mendapatkan nilai tertinggi pada dimensi kebutuhan dasar. Tahun ini skor tertinggi ada pada dimensi pendidikan dan kebudayaan.
Dalam dimensi ini, “kuliner Indonesia dapat diterima dunia” memiliki skor tertinggi, yaitu 9,04. Lebih tinggi dibandingkan dengan keyakinan anak muda “mampu berkontribusi pada pengembangan IPTEK” yang mendapatkan skor 8,00 poin.
Survei ini juga mengungkapkan mayoritas responden terlihat lebih optimis dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan kebutuhan gizi pada pasangan dan anak, dibandingkan pemenuhan gizi seimbang diri sendiri.
Tingkat optimisme ini berbeda dengan dimensi ekonomi dan kesehatan, di mana bagi responden mahasiswa dan yang belum bekerja, memiliki tingkat optimisme yang rendah untuk terserap di dunia pekerjaan.
Di sisi lain, responden merasa resah dengan kondisi media sosial, di mana etika bermedia sosial dilihat masih akan menjadi masalah di masa depan.
Sektor politik dan hukum menjadi sektor dengan tingkat optimisme paling rendah. Hal ini hampir sama dengan kondisi tahun lalu. Sektor ini hanya mencatat skor 5,72. Persepsi bahwa praktik korupsi di Indonesia masih sangat tinggi merupakan alasan utama anak muda pesimis terhadap sektor ini.
Hasilnya, meski pada aspek politik cenderung pesimis, namun pada aspek pemilu masih cukup optimis dengan skor 7.0 dari skala 10. Unsur dengan skor tertinggi adalah memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, menunjukkan sebenarnya anak muda antusias menyambut pemilu. Namun, mereka masih menyimpan keraguan pada kinerja penyelenggara pemilu.
Metodologi penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2023 melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif terhadap laki-laki dan perempuan dari generasi milenial dan Z yang tinggal di kota-kota urban di Indonesia.
Penelitian kualitatif dilakukan dengan online FGD kepada 16 partisipan. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan survei online kepada 1.000 responden melalui aplikasi Populix.
Editor: Faieq Hidayat