Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kepala BRIN: Pesawat N219 Siap Diproduksi Lebih Banyak Lagi
Advertisement . Scroll to see content

Jejak Harum Laksda Nurtanio di Langit Indonesia

Jumat, 10 November 2017 - 13:37:00 WIB
Jejak Harum Laksda Nurtanio di Langit Indonesia
Pesawat N219 resmi dinamai Nurtanio oleh Presiden Jokowi bertepatan dengan Hari Pahlawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (10/11/2017).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA,  iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi)  memberi nama Nurtanio untuk pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.  Nama itu diambil dari Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo.

"Bismillahirrahmanirrahim saya resmikan pesawat N219 sebagai pesawat Nurtanio," ujar Presiden Jokowi saat peresmian di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (10/11/2017).

Dari berbagai literatur, Nurtanio Pringgoadisuryo  atau dikenal juga dengan nama LMU Nurtanio lahir di Kandangan, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923.  Putra ketiga dari pasangan Noegroho Pringgoadisurjo dan Luwijah ini merupakan perintis industri penerbangan Indonesia.  Bersama Wiweko Soepono, Nurtanio membuat pesawat layang Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada 1947.

Cita-cita dan keinginan Nurtanio akan dunia penerbangan diawali sejak masa Hindia Belanda. Saat itu dia berlangganan majalah kedirgantaraan Vliegwereld dan menekuni dunia aerodinamika serta aeromodelling.

Kecintaannya pada pesawat terbang terus diasahnya. Pada masa pendudukan Jepang, di sekolah menengah tinggi teknik atau Kogyo Senmon Gakko, Nurtanio mendirikan perkumpulan Junior Aero Club, banyak membahas teknik pembuatan pesawat model yang merupakan dasar-dasar aerodinamika.


Di sinilah Nurtanio berkenalan dan bertemu dengan RJ Salatun, yang juga berminat dalam dunia penerbangan. Mereka  bertemu pula guru olahraga, Iswahyudi, yang juga memiliki pengetahuan dalam masalah penerbangan.

Perhatian Nurtanio pada masa itu tidak hanya dalam masalah pesawat model tetapi juga menekuni buku-buku teknik penerbangan yang banyak berbahasa Jerman. Dia bahkan menekuni serta menggambar pula rancangan glider atau pesawat layang tipe Zogling yang menjadi obsesinya.

”Di saat belum ada seorang pun yang mempunyai pemikiran untuk mengembangkan suatu industri pesawat terbang di negeri ini, Nurtanio dan kawan-kawan telah berkarya menghasilkan pesawat terbang buatan sendiri, yang dimulai dari nol besar,” kata mantan KSAU Marsekal TNI (Pur) Chappy Hakim  dalam tulisanya, Mengenang Nurtanio!.

Salah satu rancangan Nurtanio yang berhasil mengudara adalah pesawat Si Kumbang  01 bernomor registrasi NU-200.  Pesawat single seater ini dilengkapi dengan senjata otomatis untuk menembak dari udara ke darat.


Yang sangat membanggakan, tulis Chappy, walaupun masih dalam bentuknya yang sangat sederhana, Si Kumbang 01 ini sudah dapat digolongkan sebagai prototipe dari pesawat terbang jenis counter insurgency sebagaimana tertera dalam buku Jane’s of all the Worlds Aircraft. 

Selain itu, pesawat Si Kumbang juga tertera dalam majalah Aviation di Amerika Serikat (AS), majalah Flight terbitan Inggris, serta majalah penerbangan di Jepang dan Filipina.

Inisial NU berasal dari nama perancang dan pembuatnya, yaitu Nurtanio, sedangkan angka 200 mewakili mesin yang tertanam di pesawat, yaitu sebuah mesin yang bertenaga 200 horse power (hp).   Test flight pertama  Si Kumbang dilakukan pada 1 Agustus 1954, hari minggu yang cerah di langit Lanud Husein Sastranegara, Bandung.

Menurut Chappy, keberhasilan yang luar biasa  itu bukan sekadar buah dari hobi seseorang belaka. Si Kumbang  muncul dari hasil kerja keras yang tidak mengenal lelah dan dedikasi tanpa pamrih dari seorang profesional beserta 15 orang timnya yang bekerja di satu bengkel percobaan sangat sederhana.



Presiden Jokowi berharap, jejak dan semangat Nurtanio itu yang akan melekat dalam proyek pesawat N219. "Ada sebuah kalimat yang patut kita hayati dari Nurtanio, 'Kita tidak usah ribut-ribut, yang penting kerja'," kata Presiden.

Nurtanio gugur dalam kecelakaan pesawat terbang pada 21 Maret 1966. Ketika itu dia menerbangkan pesawat Aero 45 atau Arev buatan Cekoslowakia yang telah dimodifikasi dengan memberi tangki bahan bakar ekstra.

Nama Nurtanio sempat diabadikan menjadi nama industri dirgantara Indonesia, Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), yang kemudian berevolusi menjadi PT DI.  Jejak harum sang penerbang juga mengilhami lahirnya Universitas Nurtanio.  Kini Nurtanio akan menjadi ruh dalam pesawat multifungsi bermesin ganda N219.

"Dan ini lah hasil kerja putra-putri bangsa penerus Nurtanio dan akan terus dilanjutkan hingga generasi anak-anak kita nanti," kata Jokowi.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut