Kebohongan Besar Sejarah Kerajaan Majapahit yang Telanjur Tersebar Luas
JAKARTA, iNews.id - Terdapat sejumlah kebohongan besar sejarah Kerajaan Majapahit yang telanjur tersebar luas. Kebohongan ini bahkan sudah diyakini secara turun temurun hingga begitu mudah ditemukan di buku-buku sejarah.
Kebohongan sejarah tersebut sejatinya muncul akibat kesalahan tafsir peristiwa sejarah. Penulisan sejarah yang sangat subjektif dan sarat akan unsur kepentingan tertentu akhirnya membuat fakta sejarah menjadi terkaburkan.
Adapun sederet kebohongan mengenai sejarah Kerajaan Majapahit yang patut untuk disimak adalah sebagai berikut.
Majapahit diyakini merupakan Kerajaan Nusantara terbesar yang pernah ada. Tak tanggung-tanggung, wilayah kekuasaan kerajaan ini mencakup Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Semenanjung Malaya (Malaysia dan Brunei), Tumasik (Singapura), serta sebagian Thailand dan Filipina.
Sejarah tersebut semakin dipercaya secara luas karena adanya peta berjudul National Archipelago yang dianggap sebagai peta wilayah kekuasaan Majapahit di masa itu.
Namun faktanya, peta itu hanyalah peta daerah yang memiliki hubungan dagang yang setara dengan Kerajaan Majapahit.
Wilayah kekuasaan Majapahit yang sebenarnya hanya di sebagian pulau Jawa, Madura, dan Bali.
Karenanya, masyarakat di wilayah tersebut diwajibkan membayar upeti kepada Kerajaan Majapahit.
Sebaliknya, wilayah-wilayah di luar kekuasaan Majapahit, seperti Sumatera, Kalimantan, hingga daerah di negara-negara tetangga tidak memiliki kewajiban upeti.
Hal ini semakin menguatkan bahwa Kerajaan Majapahit hanya bermitra dengan daerah-daerah lain, bukan menguasai pemerintahannya.
Selama ini, wajah Gajah Mada kerap diilustrasikan dalam buku-buku sejarah dan patung. Wajah tersebut bahkan diyakini memang merupakan wajah asli sang mahapatih.
Namun ternyata, wajah Gajah Mada yang beredar luas di kalangan masyarakat tersebut hanyalah imajinasi M Yamin.
Sebagai informasi, M Yamin pernah menulis buku berjudul ‘Gajah Mada, Pahlawan Persatuan Nusantara’ untuk meningkatkan.
Di buku tersebut, ia juga memberikan ilustrasi wajah Gajah Mada. M Yamin sengaja menulis buku itu untuk meningkatkan nasionalisme rakyat Indonesia.