Kepergian Kawan Taufik Afandi dan Kepedulian Kita pada Kesehatan
Ray Wijaya
Wartawan Senior
KAWAN kami, Taufik Afandi meninggal dunia. Berita duka itu saya terima pada Minggu, 3 Maret 2024 pukul 11.28 sekitar 3,5 jam setelah dia dinyatakan meninggal oleh dokter di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Taufik, jurnalis senior yang menjadi produser program berita di salah satu stasiun televisi berita di Jakarta, meninggal setelah terjatuh dan pingsan ketika sedang mengikuti event fun run di Jakarta. Taufik memang gemar berolahraga dan kerap mengikuti berbagai ajang lomba lari.
Saya meduga Taufik mengalami serangan jantung. Usianya masih terbilang muda, 43 tahun. Mungkin dia memang mengidap gangguan jantung, mungkin juga penyumbatan pembuluh darah jantung, atau masalah lain di jantung yang selama ini tidak ia sadari. Saya sudah lama tidak berjumpa dengan Taufik. Beberapa tahun lalu kami bekerja di newsroom yang sama. Dia bertugas mengawal salah satu program sebagai produser di newsroom yang pernah saya pimpin, itu sebelum saya pensiun pada awal 2022. Ada beberapa hal yang selalu mengingatkan saya kepada sosok Taufik. Dia selalu berpenampilan rapi, kalem, dan tidak banya bicara. Meja kerjanya kebetulan berada tepat di depan ruangan saya, kami hampir selalu bertemu dan berbicara setidaknya saat saya bersiap-siap pulang dan dia bersama tim mulai menyiapkan program.
Hal lain yang mengingatkan saya tentang Taufik adalah kualitas suaranya yang khas. Suaranya berkualitas dan berkarakter. Voice over dari suaranya di paket-paket berita yang dikerjakannya mudah dikenali, terdengar empuk dan berwibawa. Suatu ketika saya pernah secara khusus mengingatkan Taufik agar dia tidak mengisi suara untuk paket berita kriminal.
Saya bilang, “Taufik, suara kamu kurang cocok untuk berita kriminal.”
Seperti biasa, dia selalu menjawab singkat, juga dengan suara khasnya yang keren itu, ”Baik, Mas.”
Namun sering kali dia terpaksa tetap membacakan apa pun paket berita karena tidak banyak kawan pede untuk mengisi suara paket berita. Tugas Taufik dan para produser memang antara lain untuk memastikan hanya pengisi suara berkualitas bagus yang melakukan voice over.
Bukan hanya berita kepergiannya untuk selamanya yang mengejutkan dan membuat saya bersedih. Saya tidak pernah tahu, ternyata Taufik yang sadar hidup sehat itu menyimpan masalah di jantung atau mungkin di pembuluh darah jantung, yang membuatnya jatuh saat mengikuti lomba lari dan akhirnya meninggal. Saya juga baru tahu dia belum lama ditinggalkan istri yang meninggal akibat kanker.
Lebih mengejutkan dan membuat saya bersedih adalah istrinya meninggal pada awal Januari lalu hanya beberapa bulan setelah melahirkan anak mereka yang kini baru berusia 7 bulan. Kini anak mereka menjadi sebatangkara, ditinggal selamanya oleh Ibu dan ayahnya. Pasti sesungguhnya Taufik pun tahu anaknya yang masih balita sedang sangat membutuhkan kehadirannya. Tapi Tuhan berkehendak lain. Dan pasti Tuhan sudah menyiapkan rencana terbaik untuk anak mereka.
Silent Killer
Penyakit atau gangguan jantung dan pembuluh darah jantung, jika memang benar Taufik terkena serangan jantung, sering disebut sebagai pembunuh senyap, silent killer. Memang itu yang kerap terjadi. Sebutan itu tidak salah. Serangan mematikan bisa datang kapan saja, di mana saja dan menimpa siapa pun, tidak lagi memandang usia. Banyak kasus membuktikan semakin banyak korban serangan jantung berusia muda. Perubahan pola hidup termasuk pola makan dan pola istirahat banyak berpengaruh.
Saya adalah salah seorang penyintas sakit jantung atau tepatnya orang yang diselamatkan dari dampak lebih parah dari gangguan pembuluh darah jantung. Tahun 2018 saya menjalani operasi bypass jantung setelah hasil pemeriksaan oleh dokter ahli jantung menunjukkan kondisi pembuluh darah di jantung saya nyaris 100 persen tersumbat. Saya hanya beruntung dan dibiarkan oleh Tuhan untuk selamat dan tetap hidup sampai saat ini. Saya belum mengalami serangan yang berat. Saya hanya merasakan beberapa gejala dan secara kebetulan mendeteksi dan mendapatkan penanganan yang segera.
Gejala yang saya rasakan di antaranya sesak napas, terengah-engah saat menaiki tangga menuju kamar di lantai 2 rumah atau setelah berjalan beberapa ratus meter, mual, kembung, sering bersendawa dan sakit kepala.
Saya menemui dokter penyakit dalam yang biasa memeriksa kesehatan saya. Dia langsung meminta saya untuk mengecek kondisi jantung. Saya pun menjalani pemeriksaan dan evaluasi lengkap dalam waktu singkat. Pengecekan denyut jantung, tekanan darah, lalu EKG atau elektrokardiogram, yakni merekam aktivitas impuls listrik jantung, dan MRI (magnetic resonance imaging), pencitraan resonansi magnetik untuk melihat kondisi jantung, dan terakhir kateterisasi jantung. Ini adalah prosedur memeriksa secara langsung dengan memasukkan selang panjang atau kateter ke dalam pembuluh darah yang kemudian diarahkan ke jantung.
Setelah serangkaian prosedur pemeriksaan itu tim dokter memastikan ada 3 penyumbatan di 3 pembuluh darah jantung, dengan tingkat penyumbatan rata-rata di atas 80 persen. Dokter mengatakan tidak ada cara lain yang lebih efektif untuk mengatasi masalah itu dan mencegah dampak lebih besar, yaitu operasi bypass jantung. Disebut bypass karena tindakan itu berupa pembuatan saluran baru bagi darah yang masuk ke jantung dengan cara memasang pembuluh darah baru.
Saya ditemani istri kemudian mencari opini lain dengan mendatangi Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita di Jakarta. Di sana pun dokter senior yang memeriksa kemudian memastikan bahwa saya harus segera menjalani operasi bypass. Sebelum merespons kesimpulan dari 2 rumah sahit itu saya berkonsultasi melalui telepon dengan seorang kerabat di Surabaya yang juga seorang dokter spesialis jantung cukup senior. Ternyata pendapatnya sama, harus segera bypass.
Shock berat, tapi ada kesadaran untuk segera mencari solusi demi keselamatan diri. Saya memasrahkan diri kepada Tuhan dan memercayakan pelaksanaan operasi kepada tim dokter di RS Harapan Kita.
Singkat cerita, saya menjalani operasi yang Puji Tuhan berjalan lancar. Saya berada di ICU sekitar 24 jam, lalu di kamar pemulihan sekitar 4 hari dan mengikuti program rehabilitasi selama sekitar 1 bulan.
Hingga hari ini saya sudah menerima sedikitnya 6 tahun waktu tambahan atau bonus waktu untuk hidup, dengan kondisi jantung yang menggunakan 3 pembuluh darah baru yang diambil dari kaki kiri dan kanan serta 1 pembuluh dari dada.
Dari pengalaman pribadi dan mendengarkan kisah beberapa orang lain, saya menyimpulkan bahwa umumnya korban serangan jantung tidak pernah tahu, tidak pernah menduga, tidak pernah menyadari, dan tidak pernah memiliki indikasi yang dipahami sebagai gejala awal yang kuat adanya masalah di organ jantung mereka. Intinya, banyak korban berjatuhan karena tidak lebih awal mengetahui adanya masalah gangguan jantung atau masalah di pembuluh darah jantung.
Gaya Hidup Sehat
Berdasarkan hal tersebut saya menyarankan semua orang untuk menjadikan pengecekan kondisi kesehatan jantung sebagai prioritas pertama. Kita harus berusaha mencari cara untuk bisa mengetahui lebih dini kondisi jantung dan pembuluh darah jantung. Itu dapat dilakukan dengan menjadwakan pemeriksaan kesehatan jantung secara rutin, atau dapat juga melakukan general check up di klinik atau rumah sakit terdekat secara rutin paling tidak satu kali dalam setahun. Bagi yang belum pernah melakukan hal itu, segera lakukan.
Secara paralel, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah di jantung atau bahkan menghindari terjadinya serangan jantung. Mulailah pola hidup lebih sehat. Kalau pun punya kebiasaan tidak sehat di masa lalu dan hari-hari sebelum ini, saatnya untuk memulai hidup sehat. Mulai makan atau mengonsumsi hanya makanan yang sehat. Kurangi karbohidrat, minyak, dan gula.
Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung banyak karbohidrat, minyak, dan gula dapat merugikan. Jika memungkinkan, temui dokter gizi atau ahli nutrisi untuk mengecek dan mengonsultasikan jumlah asupan setiap jenis makanan yang tepat bagi tubuh kita masing-masing sesuai dengan kondisi kesehatan, usia dan lain-lain.
Olahraga dan stres...
Olahraga dan Stres
Hal lain adalah olahraga dan beristirahat secara rutin dan lebih berkualitas. Bedakan antara kegiatan rutin sehari-hari dengan aktivitas olahraga. Lakukan olahraga rutin yang sifatnya kardio, aerobik, dan angkat beban sedikitnya 30-40 menit, 3 kali seminggu. Beristirahat itu penting karena tubuh dan seluruh organ tubuh kita membutuhkan waktu beristirahat. Ada kondisi tertentu yang dibutuhkan tubuh untuk meregenerasi sel, atau fungsi organ tertentu yang menjadi lebih efektif saat kita beristirahat.
Tidur memberi manfaat bagi kardiovaskular. Pada saat tidur, gelombang otak berjalan lambat, detak jantung dan tekanan darah ikut melambat dan mengatur gerakannya sehingga jantung dan sistem peredaran darah bisa beristirahat. Saat tidur, tubuh juga mengatur hormon-hormon yang bermanfaat mengatur pencernaan.
Beberapa hal lain yang dianggap memberikan manfaat bagi tubuh kita adalah suplemen dan mungkin obat-obatan tertentu bagi yang membutuhkan. Misalnya obat penurun kadar gula darah atau penuruh kadar kolesterol dalam darah bagi mereka yang memang membutuhkan. Tetapi tentu saja hal itu harus dilakukan berdasarkan saran dari dokter.
Last but not least, bahkan mungkin saja semua hal di atas tidak terlalu dibutuhkan jika kita dapat menjalankan hal yang satu ini, yaitu membiasakan diri untuk menghindari dan mengelola stres, serta memanfaatkan pikiran dan perasaan yang sehat. Hindari atau kelola stres dengan baik. Kemampuan orang untuk menghindari dan mengatasi stres tentu berbeda-beda. Setiap orang harus mengetahui batas kemampuannya menerima stres karena pada akhirnya stres memang menjadi sumber masalah besar bagi kesehatan tubuh.
Biasanya dimulai dengan tidak bisa beristirahat atau tidur, tidak termotivasi untuk hidup sehat, atau menggunakan makanan sebagai pengalih perasaan tertekan akibat stres. Semua akan terakumulasi menjadi pemicu berbagai penyakit termasuk penyakit jantung.
Semoga Kawan Taufik sudah beristirahat dengan tenang di sisi Tuhan. Mari kita memulai untuk hidup lebih sehat dan berkualitas, agar bisa berbuat lebih banyak dan lebih bermanfaat bagi sesama. Amin.
Editor: Anton Suhartono