Keterlibatan Masyarakat dalam Paradigma Pertahanan Nasional

Susaningtyas Nefo
Ketua DPP Partai Perindo Bidang Hankam
TANTANGAN pertahanan saat ini adalah penggunaan teknologi unmanned system (sistem tanpa awak) di udara, darat, di laut, dan di bawah laut. Doktrin dan strategi pertahanan akan berubah total sejalan dengan meningkatnya penggunaan sistem tersebut di satuan-satuan tempur.
Sisi positifnya adalah efisiensi biaya operasional dan minimalnya jatuh korban prajurit. Akan tetapi, sisi negatifnya juga cukup banyak. Sebut saja hilangnya pertimbangan rasional pada pengambilan keputusan taktis di lapangan, tidak terkendalinya colateral damage (kerusakan tambahan), dan munculnya berbagai unintended consequences (dampak yang tak diinginkan).
Dengan berbagai teknologi canggih serta perubahan doktrin dan strategi dihadapkan dengan menipisnya sumber daya alam di dunia, maka justru perang frontal semakin membesar probabilitasnya.
Kerja sama pertahanan dan kerja sama keamanan akan semakin mengemuka untuk membatasi penggunaan lethal unmanned system (LUM) alias sistem tanpa awak yang mematikan oleh negara pengguna. TNI dapat berinisiatif mengundang para ahli hukum perang dari berbagai dunia untuk merumuskan hukum internasional yang baru khusus mengatur penggunaan LUM.
Selain pertahanan militer, jenis-jenis perang yang mungkin tidak disadari masyarakat adalah perang budaya (culture war). Dengan menyebarnya berbagai perangkat canggih ke seluruh dunia, timbullah budaya-budaya baru akibat kemajuan teknologi. Nilai-nilai kemanusiaan dan interaksi sosial semakin tergerus. Contoh yang paling mudah ditemukan dewasa ini adalah, budaya menggunakan smartphone mengalahkan kebutuhan manusia bersosialisasi.
Dalam satu meja rapat, ketika menunggu rapat dimulai, semua peserta tampak sibuk menggunakan ponsel mereka daripada berdiskusi dengan rekan kerja yang duduk bersama di meja tersebut. Kita semua menjadi terasing di dunia kita sendiri ketika pengaruh teknologi mengubah mentalitas manusia.
Masyarakat sipil harus disiapkan mengantisipasi gejolak gangguan keamanan melalui penjabaran sistem pertahanan semesta sesuai dengan nilai-nilai kejuangan 1945. Masyarakat saat ini harus disadarkan siapa saja musuh bersama yang muncul. Terorisme dan bahaya laten komunis harus menjadi musuh bersama karena bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Oleh karenanya, penting semua sekolah mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam interaksi sosial sehari-hari. Para guru dan dosen harus menjadi contoh patriot sejati. Jangan sampai ada guru atau dosen yang radikal dan bahkan menyebarkan nilai-nilai ekstrem yang bertentangan dengan Pancasila.
Masyarakat harus bisa secara mandiri mendeteksi benih-benih perpecahan sesuai dengan tujuan mewujudkan ketahanan nasional. Masyarakat harus bisa mendeteksi dan mencegah tawuran antarpemuda. Masyarakat harus bisa mengatasi maraknya kejahatan jalanan seperti begal.
Para guru dan dosen harus bisa mendeteksi dan mencegah tawuran antarpelajar atau antarmahasiswa. Masyarakat adalah tulang punggung sistem pertahanan semesta. Peran masyarakat tersebut sama pentingnya ketika dulu perjuangan merebut kemerdekaan.
Editor: Ahmad Islamy Jamil