Ketum PBNU: Kepemimpinan Presiden Jokowi Menginspirasi Nahdlatul Ulama
JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memuji kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, kepemimpinan Jokowi selama ini telah banyak menginspirasi NU terutama dalam memberikan kontribusi terhadap pelayanan umat.
"Kepemimpinan Jokowi hampir 10 tahun penuh telah memberikan inspirasi besar bagi bangsa Indonesia dan khususnya Nahdlatul Ulama," katanya dalam forum dialog antaragama dan antarbudaya di tingkat Asia Tenggara, ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference atau ASEAN IIDC di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Senin (7/8/2023).
Dia mengatakan inspirasi dari Presiden Jokowi mendorong NU untuk lebih keras memberikan kontribusi dalam berbagai agenda yang bersifat pemenuhan pelayanan terhadap hajat-hajat kemanusiaan.
"Baik dalam domestik maupun internasional," kata dia.
Gus Yahya pun turut mendoakan agar kepemimpinan Jokowi dapat meninggalkan jejak jangka panjang bagi bangsa Indonesia.
"NU beserta seluruh komunitas dan jemaahnya berdoa semoga kepemimpinan Jokowi meninggalkan jejak yang berkah jangka panjang bagi bangsa," kata dia.
PBNU diberikan kesempatan untuk menginisiasi forum antaragama atau ASEAN IIDC di masa pemerintahan Jokowi ini. Dorum ASEAN IIDC merupakan bagian dari penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang akan digelar pada 5-7 September 2023 di Jakarta.
Gus Yahya menyampaikan gagasannya yang ingin menjadikan ASEAN sebagai "epicentrum of peace, tolerance, and harmony". Hal ini sejalan dengan tema Keketuaan Indonesia yaitu "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth".
"Kami ingin berkontribusi dengan satu gagasan yang mudah-mudahan beriringan, bersesuaian bahkan bisa mendukung agenda ASEAN Epicentrum of Growth itu dengan wacana tentang upaya untuk menjadikan ASEAN sebagai epicentrum of peace, tolerance, and harmony," ujar Gus Yahya.
Dia melihat masyarakat-masyarakat di lingkungan ASEAN dan Indo-Pasifik sesungguhnya merupakan masyarakat yang telah mewarisi peradaban yang sama dan tumbuh jauh ke belakang sejak abad ke-3 sebelum Masehi.
Dengan demikian, Gus Yahya menyebut hal itu dapat menjadi modal besar bagi masyarakat ASEAN dan Indo-Pasifik pada umumnya. Sebab mereka sama-sama memiliki konstituen dari suatu warisan budaya bersama dengan ciri utama berupa nilai-nilai toleransi dan harmoni.
"Kami menyelenggarakan konferensi ini sebagai semacam insiasi untuk memulai suatu konsolidasi dari konstituensi peradaban yang besar yang dapat mendorong tumbuhnya harmoni, toleransi dan perdamaian. Semoga bisa menginpirasi dinamika internasional secara keseluruhan," kata dia.