Kisah Alex Kawilarang Dirikan Kopassus, Pasukan Khusus yang Harus Miliki Kemampuan dan Mobilitas Tinggi
Selanjutnya, AE Kawilarang yang lahir di Meester Cornelis, sekarang Jatinegara pada 23 Februari 1920 ini memerintahkan Letda Aloysius Sugianto untuk mencari pelatih yang akan membantu pembentukan kesatuan pasukan khusus yang berbasis di bekas pangkalan Korps Speciale Troepen (KST) di Batujajar, Bandung, Jawa Barat. Saat itu, diputuskan Mayor Moch Idjon Djanbi mantan Kapten KNIL dan yang pernah bergabung dengan KST dan bertempur dalam Perang Dunia II sebagai Komandan pertama.
Dalam perjalanannya, satuan ini mengalami beberapa kali perubahan nama. Di antaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 1953, Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1952. Kemudian pada 1955 berubah nama menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Pada 1966, RPKAD kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (Puspassus TNI AD). Berikutnya pada 1971 berganti lagi menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). Baru setelah 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai sekarang.
Keberhasilan AE Kawilarang membentuk pasukan khusus tidak lepas dari pengaruh lingkungan tempat dia dibesarkan. AE Kawilarang berdarah militer karena dilahirkan dari sebuah keluarga militer.
Ayahnya, Alexander Herman Hermanus Kawilarang seorang Mayor KNIL. Ibunya bernama Nelly Betsy Mogot. Kedua orang tuanya berasal dari Remboken di Sulawesi Utara dan memiliki darah Minahasa dari sub-suku Toulour.
Alex Kawilarang merupakan sepupu dari Direktur Akademi Militer Tangerang Daan Mogot yang gugur dalam Pertempuran Lengkong saat berupaya melucuti senjata di depot tentara Jepang pada 1946.
Sebelum terjun ke dunia militer, Kawilarang mengenyam sistem pendidikan Eropa. Kawilarang menempuh pendidikan dasar di sebuah Europeesche Lagere School (ELS), mula-mula di Tjandi, Semarang kemudian di Cimahi, Jawa Barat.