Kisah Anak Pedagang Sayur yang Bisa Kuliah Gratis Berkat Alquran
Namun, saat lulus SMP ia menempuh pendidikan di pondok pesantren. Hal tersebut merupakan dorongan dari keluarganya, walaupun sempat ada perasaan tak ingin dari Naya.
Akhirnya, sang ibu mengingatkan pentingnya mengaji bagi Naya. Ucapan itu lah yang akhirnya membuat hatinya tergerak untuk berangkat ke pondok pesantren.
"Kalau kamu tidak bisa mengaji, nanti kalau Bapak Ibu meninggal siapa yang akan mendoakan? tutur dia menirukan kata-kata sang ibu.
Tak semudah membalikkan telapak tangan, Naya harus melewati berbagai tantangan dalam menghafal Alquran. Baginya, satu tahun pertama menjadi masa paling sulit dalam pembelajaran bahasa Arab.
"Tahun pertama akademik saya hancur. Hafalan juga pas-pasan. Waktu itu rasanya ingin nyerah dan pulang saja ke ruah. Namun, kalau ingat kerja keras orang tua agar saya bisa berseklah rasanya tak pantas mengeluh," ucapnya.
Akhirnya, Naya memantapkan hati dan mengejar semua ketertinggalan. Apalagi, seorang guru juga menyemangatinya dengan mengatakan seorang hafiz penghafal Alquran 30 juz bisa menyelamatkan anggota keluarga atau orang yang disayang dari siksa api neraka di akhirat.