Kisah Dosen UNS Jalani Puasa di Jepang: Rindu Suara Adzan
JAKARTA, iNews.id - Pengalaman puasa seseorang tentu berbeda-beda. Hal ini seperti yang dialami oleh dosen dari Universitas Sebelas Maret (UNS) bernama Mercy Bientri Yunindanova di Jepang.
Diketahui, saat ini Mercy tengah melanjutkan studi jenjang S3 di Osaka University, Jepang. Ia pun harus menjalani ibadah puasa ramadan di negeri orang.
Mercy mengaku bahwa mulai tinggal di Jepang tepat setahun pada bulan Maret ini. Banyak hal yang terasa berbeda saat menjalani Ramadan di Jepang dengan Indonesia, misalnya soal adzan.
“Di sini tentunya tidak semeriah atau kurang terasa dibandingkan dengan bulan puasa di Tanah Air. Karena kami (muslim) minoritas di sini, apalagi Jepang terbiasa dengan suasana yang tenang, jadi kami tidak mendengar adzan,” ujar dia dikutip dari laman UNS, Jumat (7/4/2023).
Tak hanya soal Adzan, Mercy menyebut bahwa ritme kerja di Jepang juga tidak ada bedanya antara Ramadan dan bulan-bulan lainnya. Semua orang beraktivitas seperti biasa dan disiplin, sehingga tidak ada istilah masuk lebih siang atau pulang lebih awal saat bulan Ramadan.
Termasuk orang non-muslim lainnya yang juga makan dan minum di sekitarnya yang sedang berpuasa dan tidak menjadi persoalan. Sehingga, ia dan kawan muslim lainnya yang harus beradaptasi dan mengatur energi agar bisa produktif meskipun dalam menjalankan ibadah puasa.
Tak cuma itu, ia merasa bersyukur bahwa orang Jepang saat ini telah mengenal istilah Ramadan. Bahkan, mereka menghormati setiap orang yang menjalankan ibadah puasa.
“Jadi meskipun mereka masih normal aktivitasnya, saat kami menjelaskan bahwa kami sedang berpuasa, ketika ada acara dengan makan-makan, mereka akan menempatkan acara itu setelah kami berbuka puasa. Jadi biasanya modelnya makan malam. Kalau sebelumnya ketika kami tidak menginformasikan, biasanya ada party ataupun kumpul-kumpul di siang hari. Jadi Alhamdulillah mereka bisa menghormati yang sedang kami jalankan dalam bulan ramadan ini,” tutur Mercy.
Terkait waktu puasa di Jepang menurut Mercy, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Karena saat ini sedang memasuki musim semi sehingga waktu berpuasa lebih singkat dibanding biasanya.
Tak cuma itu, ia juga kerap mengikuti buka puasa bersama. Hal itu untuk mengobati rasa rindu dengan suasana Ramadan.
“Di mana muslim dari berbagai negara maupun dari Indonesia itu bisa mengadakan iftar atau buka puasa bersama dan itu menjadikan suasana Ramadan lebih terasa”, katanya
Bahkan Mercy dan kawan muslim lainnya juga bergiliran memasak atau menyiapkan menu berbuka puasa. Mereka bisa merasakan menu berbuka puasa dari berbagai negara muslim. Meski demikian, tetap ada suasana Ramadan Tanah Air yang dirindukannya, seperti suara-suara adzan di masjid.
Namun, dari sanalah ia bisa memaknai lebih dalam Ramadan di tahun ini. Namun, ia yakin hal tersebut bisa diatasi dengan segala kekuatan dari Allah SWT.
“Saat kita tinggal di Indonesia, kita patut bersyukur dengan kemudahan dalam menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadan, karena lingkungannya sangat mendukung. Selain itu, kami merasa bahwa kami diberi kekuatan. Serta menjadi lebih yakin saat tuhan memberikan satu ujian, itu sesuai dengan kemampuan umatnya. Jadi lebih yakin, InsyaAllah kami pasti bisa menjalani ibadah puasa ini di tengah ritme studi di Jepang,” ucap dia.
Editor: Puti Aini Yasmin