Kisah Evan Dimas Menepi ke Desa, Tinggalkan Stadion Kini Latih Anak-anak di Lapangan Sawah
Lapangan tempat Evan melatih bukanlah stadion berumput hijau dengan tribun besar. Namun di sinilah dia melihat harapan.
“Saya merasa wawasan saya justru berkembang di sanggar ini. Apa yang saya dapat di sini, tak saya temukan saat jadi pemain,” katanya.
Evan terlibat penuh dalam kegiatan sanggar, yang bukan hanya mendidik anak-anak untuk menjadi pesepak bola, tapi juga manusia yang bermoral dan punya rasa hormat.
Meski banyak pihak menganggap usianya masih pantas bersaing di liga profesional, Evan memilih menepi sejenak. Tawaran dari klub, termasuk dari Persik dia anggap sebagai hal yang belum waktunya.
“Sebagian orang bilang saya masih moncer. Tapi ini pilihan. Saya ingin berkontribusi lewat cara berbeda,” ucapnya.
Di desa kecil ini, Evan menjadi lebih dari sekadar pelatih. Ia merupakan panutan. Anak-anak memanggilnya Kak Evan, mendengarkan setiap arahannya, menirukan setiap gerakan latihan dan menyerap semangat serta etika yang dia tanamkan.