Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Titiek, Tutut dan Bambang Trihatmodjo Berpelukan
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Harmoko Tertawa Dengar Sindiran Hari-Hari Omong Kosong

Senin, 05 Juli 2021 - 11:26:00 WIB
Kisah Harmoko Tertawa Dengar Sindiran Hari-Hari Omong Kosong
Menteri Penerangan periode 1983-1997 Harmoko. (Foto: dok. Sindonews).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Kabar duka datang dari dunia politik Indonesia. Mantan menteri penerangan yang juga ketua umum Partai Golkar periode 1993-1998 Harmoko meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Minggu (4/7/2021).

Bukan rahasia semasa menjabat Harmoko kerap dijadikan anekdot oleh mahasiswa maupun kalangan yang mengkritisi rezim Orde Baru. Namanya dipelesetkan dengan kepanjangan Hari-Hari Omong Kosong (Harmoko).

Pendiri Harian Pos Kota itu bukannya tidak tahu dengan anekdot tersebut. Suatu ketika, saat dia telah lengser dari menteri penerangan maupun ketua DPR, Harmoko menanggapinya. 

Harmoko menjabat sebagai Ketum Golkar pada masa Orde Baru (Foto: Antara)
Harmoko menjabat sebagai Ketum Golkar pada masa Orde Baru (Foto: Antara)

Harmoko merespons santai sindiran tersebut. Dia pun menanggapi dengan berseloroh.

“Kalau soal urusan rakyat, Pak Harmoko ini ngomongnya kok hari-hari omong kosong,” tutur Harmoko menirukan anekdot tentang dirinya. Ucapan itu dia lontarkan pada deklarasi Partai Kerakyatan Nasional, Sabtu (19/4/2008), dikutip dari arsip Antara.

Harmoko menepis tudingan itu. Dia menyebut guyonan tentang hari omong kosong itu keliru. Karena itu, dia mencoba meluruskannya dengan ‘kepanjangan’ yang lain.

“Mulai hari ini saya akan ganti menjadi ‘hari-hari omong komunikatif’, ‘hari-hari omong kooperatif’ dan ‘hari-hari omong konkret’,” ucapnya, yang langsung disambut tawa para peserta deklarasi.

Lahir di Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939, Harmoko menjadi wartawan usai lulus dari bangku SMA. Dia meniti karier Harian Merdeka dan Majalah Merdeka. Pada 1964 bekerja di Harian Angkatan Bersenjata, lantas berlanjut ke Harian API setahun berikutnya. 

Anak bungsu Harmoko bernama Dimas Ajisoko  menjelaskan penyakit yang diderita sang ayah. (Foto MNC Portal).
Karangan bunga di rumah duka Harmoko, Senin (5/7/2021). (Foto: MPI/Dimas Choirul).

Harmoko sekaligus menjadi pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko (1965) dan Mimbar Kita pada 1966-1968). Pada 1970 dia mendirikan Pos Kota bersama rekan-rekannya.

Harmoko lekat dengan Presiden ke-2 RI Soeharto. Pada 19 Maret 1983 dia diangkat sebagai menteri penerangan. Kabinet boleh berganti, namun jabatan itu tetap dipercayakan kepadanya hingga 1997.

Pria yang identik dengan kolom ‘Kopi Pagi’ itu mengembuskan napas terakhir dalam usia 82 tahun.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut