Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Brutal, Pemberontak Sudan Bakar Ratusan Mayat Warga Sipil untuk Hilangkan Bukti Genosida
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Heroik 30 Pasukan Garuda Nyamar Jadi Hantu Putih Taklukkan 3.000 Pemberontak di Kongo

Sabtu, 05 November 2022 - 07:06:00 WIB
Kisah Heroik 30 Pasukan Garuda Nyamar Jadi Hantu Putih Taklukkan 3.000 Pemberontak di Kongo
Aksi prajurit Pasukan Garuda menyamar jadi hantu putih taklukkan 3.000 pemberontak di Kongo. (Ist)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pasukan Garuda atau Kontingen Garuda (Konga) menorehkan beberapa kisah melegenda saat menjalankan misi perdamaian di luar negeri. Salah satunya saat 30 prajurit berhasil menaklukkan 3.000 tentara pemberontak di Kongo setelah menggunakan taktik hantu putih atau Les Spiritesses.

Diketahui 30 anggota Pasukan Garuda yang dikerahkan itu merupakan prajurit TNI dari satuan RPKAD atau Kopassus saat ini. Mereka menggunakan taktik menyamar tersebut karena tahu pasukan pemberontak memiliki kepercayaan mistis takut kepada hantu putih dengan bau bawang yang menyengat.

Dalam buku biografi berjudul “Kemal Idris, Bertarung dalam Revolusi” terbitan Sinar Harapan, Persatuan Bangsa Bagsa (PBB) memerintahkan Indonesia untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke Negara Republik Demokratik Kongo, Afrika. Pasukan ini dipimpin Letjen (Purn) Kemal Idris.

Pasukan perdamaian Indonesia itu kemudian diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III). Anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya, termasuk Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD.

Kemal Idris yang saat itu masih berpangkat Brigjen berangkat dengan kekuatan 3.457 tentara pada Desember 1962. Mereka ditugaskan di Albertville, Kongo selama 8 bulan di bawah naungan United Nations Operation in the Congo (UNOC).

Daerah yang menjadi medan operasi pasukan Konga III terkenal sangat berbahaya. Pasalnya, milisi pemberontak dengan pimpinan Moises Tsombee kerap membuat kekacauan di sana. Selain itu, para pemberontak juga berusaha untuk merebut daerah tersebut karena kaya akan sumber daya mineral.

Satu saat markas Konga III yang berisi 300 personel diserbu 2.000 pasukan pemberontak Moises Tsombe. Mereka mengepung markas Konga III. Pasukan Konga III mati-matian mempertahankan markasnya sehingga baku tembak sengit tak terhindarkan saat dini hari.

Pertahanan prajurit TNI yang kokoh membuat pemberontak berhasil dipukul mundur ke wilayah gurun pasir jelang subuh. Sejumlah prajurit TNI terluka dalam serangan seporadis tersebut namun tak ada anggota yang gugur.

Pemberontak berani menyerang membuat pasukan perdamaian dari semua negara langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran. Kemudian dikirimkan lah pasukan sebanyak 30 orang untuk mengejar para pemberontak.

Ke-30 orang berisikan prajurit Kopassus itu pada awalnya melumuri kulitnya dengan arang agar menyerupai warna kulit suku asli. Lalu, mereka memburu kelompok separatis tersebut hingga ke markasnya di dekat Danau Tanganyika.

Daerah ini disebut sebagai "No Man Land” alias daerah tak bertuan yang merupakan wilayah kekuasaan kelompok pemberontak. Tak ada yang pernah berani memasuki kawasan ini, termasuk Tentara Nasional Pemerintahan Kongo. Pernah sebanyak 2 kompi pasukan India dibantai di wilayah ini lantaran berusaha memasukinya.

Setelah menemukan markas pemberontak, pasukan Pasukan Konga III itu kemudian beristirahat sambil menyusun rencana penyerangan. Di markas pemberontak itu terdapat 3.000 orang lengkap dengan alutsista seperti tank panzer dan RPG/bazzoka.

Bermodalkan informasi intelijen yang menyebut suku setempat termasuk pemberontak sangat takut kepada hantu putih berbau bawang menyengat, muncul lah ide strategi untuk menyerang.

Pasukan yang dipimpin Kemal Idris itu menyamar sebagai hantu putih dengan memakai jubah putih longgar yang diberi kayu di atas kepala agar saat terkena angin maka jubah tersebut melambai-lambai. Tak hanya itu, setiap prajurit juga memakai rantai bawang putih yang dikalungkan di leher.

Selanjutnya, 30 prajurit itu menggunakan kapal yang dihitamkan langsung menyerang dengan meloncat berhamburan keluar dari kapal. Pasukan Komando itu menyerbu pos terdepan musuh tanpa ampun, lalu menyerang ke dalam markas pemberontak.

Melihat hantu putih bergentayangan membuat nyali para pemberontak ciut lantaran menganggap telah benar-benar diserang kawanan pasukan putih dari mitos yang melegenda dan ditakutinya itu.

Kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh pasukan Konga III dengan terus menembaki pemberontak yang sudah tak bernyali itu. Dengan ciri khas serbuan komando, personel Kopassus menyergap dengan teknik bunuh senyap (silent kill). Tanpa babibu, Korps Baret Merah TNI ini merangsek tak kenal takut ke pusat konsentrasi pasukan pemberontak.

Seluruh markas pemberontak yang berjumlah 3.000 tentara kaget dan percaya jika yang dihadapi mereka adalah hantu putih. Mereka langsung ketakutan dan lari kocar-kacir tak tentu arah. Bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam langsung melempar ayam bakarnya dan mengenai salah satu anggota Kopassus yang menyerbu karena kaget digerebek.

Serangan itu berlangsung singkat serta efektif dan hanya berlangsung 30 menit. Kemudian markas pemberontak berhasil dilumpuhkan. Sebanyak 3.000 personel pemberontak berhasil ditawan beserta keluarganya.

Dalam penyerangan itu tercatat puluhan pemberontak tewas. Sedangkan dari pihak Kopassus Konga III, satu tentara terluka terkena proyektil granat namun tak membahayakan nyawanya.
Setelah markas pemberontakan ditaklukkan, beberapa jam kemudian pasukan PBB lainnya datang. Mereka pun takjub dengan kesuksesan pasukan Kopassus Konga III yang hanya terdiri atas 30 personel ternyata mampu melumpuhkan markas pemberontak dan menawan 3.000 tentara pemberontak.

"Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas Danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu," kata Komandan Pasukan Konga III Kemal Idris.

Kemal mengaku dirinya tahu 3.000 pemberontak itu sangat percaya takhayul. Mereka takut pada hantu spritesses yang digambarkan berwarna putih dan melayang-layang pada waktu malam. Atas peristiwa itu, Pasukan Konga III dijuluki Les Spiritesses yakni pasukan yang bertempur dengan cara tidak normal menyamar jadi hantu putih.

Keesokan harinya, Komandan Konga III dan Komandan Kopassus dipanggil Komandan Pasukan PBB di Kongo, Jenderal Kadebe Ngeso yang berasal dari Ethiopia. Komandan Pasukan Pasukan PBB di Kongo Jenderal Kadebe Ngeso memuji kecerdikan dan kesuksesan Pasukan Konga III tersebut.

Jenderal Kadebe menyebut operasi militer Kopassus tersebut sinting, nekat namun penuh perhitungan sampai akhirnya sukses besar.

Editor: Rizal Bomantama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut