Kisah Inspiratif Irawati Puteri, Mantan SPG Chicken Nugget yang Diterima di Stanford
Perempuan yang saat ini bekerja sebagai Legal dan Policy Manager dahulu terus mengumpulkan uang dengan bekerja sebagai guru les private dan pelatih debat. Ia dipercaya untuk mengajar debat pada anak-anak. Berkat hal itu, Ira pun bisa menyekolahkan adiknya yang sempat putus sekolah.
"Ngajar debat itu dari 2018. Tiba-tiba muridku banyak banget, lebih dari 100 dan dari sekolah internasional semua. Itu ngebantu perekonomian aku, bisa memperbaiki ekonomi keluarga dan nyekolahin adik kuliah," tutur Ira.
Hebatnya lagi, di semester 6 Ira juga ditawari pekerjaan full time di sebuah law firm. Ia pun mulai bekerja di semester 7 hingga akhirnya lulus S1 di awal tahun 2020.
Tak puas sampai di situ, Ira memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2. Tak main-main, ia bahkan memilih Stanford University di Amerika Serikat untuk kuliahnya.
Ia pun dinyatakan lolos di jurusan International Comparative Education and International Education Policy Analysis. Jurusan tersebut diketahui hanya menerima 20 orang per angkatan dari seluruh dunia, bahkan belum pernah ada perwakilan Indonesia di sana.
Ira pun sempat tidak berekspektasi apa-apa dengan pilihannya tersebut. Namun, dewi fortuna berpihak kepadanya dan menyatakan Ira lolos dalam penerimaan S2 di Stanford University.
"Satu angkatan 20 orang dan nggak pernah ada orang Indonesia. Bahkan ditulis mostly US Students di sana. Nggak ada ekspektasi apa-apa. Pas pengumuman ada perasaan udah pasti nggak keterima, jadi nggak usah sedih tapi tulisannya congratulation jadi aku bengong, nggak nyangka sampai di titik ini," ucap dia.
Ira pun berencana untuk membangun pendidikan dalam negeri dengan membuat kebijakan pendidikan yang lebih menyentuh masyarakat marjinal.
"Jadi sudah terbentuk mindset, dulu aku berhasil mengubah nasibku lewat pendidikan, bersekolah di tempat terbaik dan jadi pengajar. Sekarang, aku mau pay it forward," ucapnya
"Bagaimana caranya menggabungkan keilmuan aku di bidang hukum untuk membuat education policy yang berkualitas, paham konsep ketidakadilan dan kemiskinan struktural, multidisiplin, research-based dan bisa menyentuh sampai dengan ke akar rumputnya. Aku memutuskan lintas jurusan untuk S2," tutup dia.
Editor: Puti Aini Yasmin