Kisah Jenderal Kopassus Ingin Jadi Penerbang AU karena Rumahnya Pernah Dibom Pesawat Belanda
JAKARTA, iNews.id - Letnan Jenderal (Purn) Sintong Panjaitan adalah salah satu Komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang disegani. Dia terlibat puluhan operasi penting mulai dari penumpasan DI/TII di Sulawesi, operasi mengatasi pemberontakan Mandatjan di Irian Barat, Operasi Woyla dan operasi-operasi lain yang bersifat rahasia.
Seperti dinukil dari buku 'Sang Prajurit Pemberani (Biografi Lengkap Sintong Panjaitan)', ketertarikan Sintong terhadap dunia militer sudah terlihat sejak kecil.
Minat besar itu muncul saat dia berumur 7 tahun ketika rumahnya hancur terkena bom yang dijatuhkan pesawat P-51 Mustang milik Angkatan Udara Kerajaan Belanda.
Rumahnya memang berdekatan dengan sebuah tangsi tentara Republik ketika itu. Sejak peristiwa itu Sintong pun bercita-cita menjadi penerbang pesawat tempur.
Setelah lulus SMA pada 1959, Sintong mendaftar menjadi prajurit. Saat itu yang dia pilih adalah Akademi Angkatan Udara (AAU).
Di antara pelamar dari Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, hanya 4 orang yang dinyatakan lulus ketika itu. Sintong merupakan salah satunya.
Sintong kemudian mengikuti tes lanjutan pantukhir (pantauan akhir) di Ibu Kota Jakarta. Meski dia dinyatakan lulus, tetapi dokter AURI memberi syarat kepadanya agar amandel yang dideritanya segera diambil sebagai persyaratan kesehatan. Namun, Sintong merasa tidak puas dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter AURI tersebut. Dia merasa sangat sehat dan siap mengikuti pendidikan.
Lantas, dia pergi ke Mabes AURI di Tanah Abang untuk menghadap Kepala Staf Angkatan Udara Laksamana Udara Soerjadi Soerjadarma. Akan tetapi kedatangannya ditolak petugas piket penjaga depan. Pada kedatangannya yang kedua, dia juga tetap tidak diizinkan menemui KSAU.