Kisah Napi Narkoba Meniti Jalan Tobat dari Balik Jeruji Besi
JAKARTA, iNews.id — Selalu ada hikmah di balik peristiwa. Hal itulah yang mendorong narapidana kasus narkoba, Yashadi Alvon kembali kepada Allah SWT setelah takdir mengirimnya ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Alvonso—sapaan akrabnya, beberapa tahun lalu ditangkap polisi karena menjadi pengedar narkoba. Usai ditangkap, dia sempat dijebloskan ke sel Polres Bogor, lalu dipindahkan ke LP Pondok Rajeg, dan kini menetap di LP Gunung Sindur.
Saat interview dengan Kabag Humas dan Protokol Ditjen PAS Kemenkumham Rika Aprianti, Alvonso mengaku bersyukur ditangkap polisi dan kini mendekam di balik jeruji besi. Melalui peristiwa inilah dirinya bisa bertobat dan meniti jalan untuk kembali kepada Allah Ta'ala.
"Tidak (menyesal). Kalau tidak gitu saya nggak akan mengenal Allah. Ini sudah takdir dari Allah, saya Alhamdulillah ketangkap polisi," ucap Alvonso sebagaimana dilihat dari kanal YouTube Humas Ditjenpas, Jumat (13/8/2021).
Dahulu Alvonso mengaku hidup dalam dunia hitam. Dia mulai mengenal narkoba usai di PHK dari tempatnya bekerja.
Saat itu, dia memilih bertahan hidup dengan menjaga lahan parkir di wilayah Bogor Timur, tepatnya di perbatasan Cibubur.
Selama dua jam menjaga lahan parkir, dia bisa mendapatkan jatah sebesar Rp150.000. Belum lagi dari hasil timer angkutan umum yang menurut dia bisa mendapatkan uang Rp80.000.
Namun sayang, uang yang didapat dipakai untuk berfoya-foya, mulai dari membeli minuman keras hingga narkoba.
"Masih gedein ego, masih bandel, ego kita masih digedein, berani melawan hukum. Mulai dari minum sampai narkoba jenis ganja, obat-obatan golongan G yang dilarang yang kena UU Farmasi, sampai ekstasi, sabu-sabu kita kenal," jelas Alvonso.
Yang lebih menyedihkan lagi, terkadang Alvonso tidak memberikan uang ke anak dan istrinya. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri untuk bersenang-senang.
"Buat keluarga kadang kasih Rp100.000, kadang enggak. Kita nongkrong sudah abis aja. Dulu Alhamdulillah istri kerja juga," ucapnya.
Alvonso semakin larut dalam dunia hitam, sampai akhirnya dia ditangkap polisi karena mengedarkan narkoba.
Singkat cerita, dia dijebloskan ke sel. Di sana, dia bertemu seorang tahanan lain yang sudah aktif beribadah dan mengaji. Dia kerap dibangunkan salat Subuh, tetapi enggan meresponnya.
Lalu, rekan yang juga tahanan itu seolah tidak kenal lelah mengajak Alvonso untuk mendirikan salat. Lambat laun hati Alvonso terketuk. Dia mulai mengikuti ajakan rekannya tersebut untuk salat dan mengaji. Meski masih Iqra, ia tak malu untuk memulainya.
"Ngaji yuk belajar (ajakan temannya). Nunjukin huruf hijaiyah dan makhrajul hurufnya. Saya ingin. Ini bagus, mungkin kebetulan dia bisa melantunkannya, akhirnya saya tergerak ingin bisa ngaji," tutur Alvonso.
Dia akhirnya berpisah dengan rekannya di tahanan Polres Bogor. Sebab, Alvonso harus dipindah ke LP Pondok Rajeg.
Di tempat itu, dia masih berusaha keras untuk tetap mendirikan salat seraya mengaji. Hal yang sama juga terus berlanjut saat ia dipindah lagi ke LP Gunung Sindur.
Usai mengaji Iqra, mempelajari dan menghafalkannya, Alvonso mulai berani mengaji Alquran.
Selama meniti jalan untuk kembali pada Allah SWT, Alvonso selalu mendapatkan bimbingan, baik dari rekan sesama warga binaan, maupun pengajar atau ustadz yang menjadi mitra lembaga pemasyarakatan. Program pembinaan berjalan baik.
Perhalan tapi pasti, kemajuan pun bisa dicapai Alvonso. Mulai dari mendirikan salat, mengaji Iqra, hingga Alquran.
Bahkan saat ini dia sudah bisa meng-khatam-kan serta menghafalkan Alquran. Dia merasa hidayah ini tak akan datang jika tak masuk penjara. Karenanya, Alvonso bersyukur dengan takdir Allah yang telah membawanya ke tempat ini.
"Alhamdulillah nggak ada (kendala) karena kita benar-benar, Allah pasti mudahkan, apalagi yang kita pelajari ini Kalamullah. Saya juga masih pengin lagi belajar. Saya pelajari ilmu yang sudah disampaikan guru kita. Lalu saya amalkan. Walaupun sedikit tapi kita amalkan terus-menerus," katanya.
Editor: Faieq Hidayat