Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mutasi TNI, Mayjen Hendy Antariksa Jabat Pangdam Bukit Barisan
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Prajurit Kopassus Durman Tidak Pernah Tinggalkan Puasa saat Perang, Ransel Puluhan Kg Tak Jadi Penghalang

Senin, 20 Maret 2023 - 09:47:00 WIB
Kisah Prajurit Kopassus Durman Tidak Pernah Tinggalkan Puasa saat Perang, Ransel Puluhan Kg Tak Jadi Penghalang
Sersan Mayor Durman (dalam lingkaran) merupakan salah satu anggota pasukan Luhut Binsar Pandjaitan semasa operasi tempur. (Foto: FB/Luhut Binsar Pandjaitan).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Beratnya medan saat operasi perang tak menjadi penghalang prajurit TNI untuk melaksanakan ibadah puasa. Salah satunya ditunjukkan Prajurit Kopassus Sersan Mayor Durman di Kompi A Denpur-1/Parako.

Caraka (kurir) perwira Kopassus Luhut Binsar Pandjaitan itu terlibat dalam operasi tempur di Timor Portugis (kini Timor Leste) 1975–1976. Meski bertempur di medan perang, Durman tetap tak meninggalkan puasa. Sepanjang berlangsungnya operasi, Durman tetap menjalankan ibadah puasa sebagai Muslim.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengisahkan langsung ketaatan anak buahnya itu. Menurutnya, puluhan kg ransel yang diemban Durman tak menghalangi tekadnya berpuasa.

“Berpuluh kilogram beratnya ransel di punggung, tidak pernah membatalkan niatnya untuk terus berpuasa,” kata  Luhut dalam akun Facebooknya dikutip Senin (20/3/2023).

Lulusan terbaik Akademi Militer 1970 ini menceritakan, kala itu perlengkapan yang dibawa setiap prajurit cukup berat. Perlengkapan itu antara lain senapan otomatis AK-47, 750 butir peluru kaliber 7,62 mm, 3 magasin lengkung, 2 granat, bekal makan untuk beberapa hari, baju loreng, kaos, sepatu lapangan, dan topi rimba.

Belum lagi setiap regu masih harus membawa senapan mesin RPD, peluncur roket RPG-2 buatan Yugoslavia, 60 peluru roket 90 mm, penyembur api lengkap dengan 5 mortir, dan 18 butir peluru.

“Operasi yang kami jalankan adalah operasi yang cukup berat dan banyak merenggut korban. Kami di Kompi A mengawali operasi ini pada tanggal 7 Desember 1975 dengan kekuatan 110 orang prajurit. Tapi pada Maret 1976, jumlahnya bersisa menjadi 80 orang saja,” tutur Luhut.

Pendiri dan komandan pertama Detasemen-81 Antiteror Kopassus ini mengenang, selama lima bulan operasi, Kompi A melakukan pertempuran setiap hari atau dikenal juga dengan istilah fierce battle. Mereka bertempur menghadapi pasukan Fretilin yang mempunyai motivasi tempur tinggi, kemampuan serta disiplin menembak prima, dan menguasai medan dengan sempurna.

Di tengah operasi yang melelahkan tersebut selalu ada waktu untuk istirahat makan. Pasukan Kopassus selalu menyantap bekal makanan kaleng T-1. 

Setiap siang, kata Luhut, Durman dengan setia membukakan kaleng makanan dan menyodorkan kepadanya. Kendati demikian, ada kalanya mereka memasak makanan kalau merasa bosan dengan menu ransum tempur tersebut.

Hebatnya, Durman tetap berpuasa dan tidak pernah batal. Penasaran, Luhut pun menanyakan alasan Durman terus berpuasa di tengah kondisi tersebut. 

“Biar lebih dekat dengan Tuhan,” kata Durman yang ditirukan Luhut.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut