Kisah Wahyudi, Guru Berprestasi dan Pejuang Literasi yang Sangat Inspiratif
Level kognitif yang dibutuhkan memiliki banyak layer. Jika dilihat dari Taksonomi Bloom dari C1 sampai C6, yakni mengingat, menyebutkan, mengimplementasikan, menganalisis, mengkreasikan, dan akhirnya mencipta, soal-soal kognitif di sekolah Indonesia masih sangat kurang.
Melihat kurangnya literasi di Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan membuat Founder WAH Menulis dan teacher trainer Mentari Group ini ingin menggugah siswanya bahwa dirinya mampu menciptakan personal branding yang dapat hidup karena deret aksara.
Dari belajar aksara memungkinkan kita mengubah cara memandang dan menggunakan aksara. Dari sekadar simbol tertulis, aksara menjelma menjadi berbagai format digital yang dinamis bahkan meningkatkan kemampuan public speaking. Pada akhirnya belajar aksara mampu membantu kehidupan sehari-hari kita.
Makna Penghargaan bagi Wahyudi
Kecintaannya terhadap literasi membuat Wahyudi sangat produktif untuk berkarya dan membagikan ilmunya. Tidak main-main, sederet penghargaan berhasil dia dapatkan. Mulai jadi pemenang “Duta HIV & AIDS” Kalimantan Barat 2015, Duta Baca Inteligensia Kalimantan Barat 2016, serta Juara 3 “Duta GenRe” Jalur Masyarakat Kalimantan Barat.
Kemudian, menjadi pemenang harapan 1 lomba “Pembawa Acara” Kalimantan Barat 2018, Fasilitator Literasi Baca-Tulis Regional Kalimantan 2018, “Guru Inspirator” SMP dan SMA Pelita Cemerlang 2019, Pemuda Pelopor Kabupaten Kubu Raya Bidang Pendidikan 2020, hingga Juara 2 Lomba Menulis “Cerita Guru Inspiratif” Tingkat Nasional 2022.
Meski sederet pengharhargaan berhasil Wahyudi raih, namun dia mengaku itu hanyalah bonus dan sebagai tanggung jawabnya pada orang tua yang telah membesarkannya, bukan sebagai tolok ukur keberhasilan.