Konferensi Besar Fatayat NU Dibuka, Gerakan Rejuvinasi Menggema
AMBON, iNews.id – Perhelatan Konferensi Besar (Konbes) XVI Fatayat NU resmi dibuka, Kamis (26/4/2018) malam. Konferensi yang berlangsung pada 26-30 April 2018 di Ambon, Maluku, ini diikuti 34 pengurus wilayah dan sejumlah pengurus cabang dari seluruh Indonesia.
Konbes mengusung tema Rejuvinasi Gerakan Perempuan dari Indonesia Timur. Menurut Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini, pemberdayaan perempuan harus dilakukan merata. Gerakan dari Indonesia Timur ini, kata dia, sekaligus mengingatkan bahwa banyak potensi perempuan yang dapat digali dari bagian timur Indonesia.
“Rejuvinasi itu kan artinya peremajaan, jadi kenapa kita usung tema ini karena harapan kita semua akan ada refreshment (penyegaran) dari gerakan komunitas perempuan,” kata Anggia di Ambon, Kamis (26/4/2018).
Anggia melihat fenomena kemajuan teknologi akhir-akhir ini banyak membuat perempuan hanyut di dalamnya tanpa berbuat sesuatu untuk masyarakat. Kemajuan teknologi belum maksimal digunakan untuk memberdayakan dan menggali potensi perempuan dengan baik.
Di sisi lain Anggia juga menyinggung potensi besar yang dimiliki Indonesia di bagian Timur sungguh luar biasa. “Ajang Konbes ini juga kita lengkapi dengan lomba fotografi peran perempuan di sektor ekonomi yang dipamerkan di lokasi acara,” ujarnya.
Pada Konbes kali ini, agenda yang dibahas adalah respons problem internal dan eksternal. Problem internal di antaranya tentang kaderisasi dan keorganisasian. Adapun program eksternal lebih pada isu terkini yang bersifat global. Beberapa Menteri Kabinet Kerja yang mengkonfirmasi kehadirannya sebagai narasumber antara lain, Menpora Imam Nahrawi dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo.

Sementara itu, hadir dalam acara pembukaan yakni Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir. Dia menyampaikan apresiasinya atas peran Fatayat NU selama ini dalam memberdayakan perempuan dan anak di Indonesia. Dalam sektor pendidikan pun Fatayat memiliki peran yang luar biasa.
“Harapan kami pada Fatayat NU cukup besar terutama untuk terus meningkatkan sumber daya perempuan Indonesia, salah satunya dalam bidang teknologi,” kata Nasir.
Menurut dia, jika perempuan bisa melek teknologi dengan baik, terutama para aktivis perempuan, akan sangat membantu sebagai media dakwah, termasuk juga kemampuan untuk memfiltrasi informasi hoaks.
“Negara kita memang belum memiliki sebuah sistem integrasi untuk filterisasi media digital, maka kemampuan masyarakat dituntut untuk bisa memahami mana yang benar dan tidak,” ujarnya.
Selain itu, hadir pula Ketua PBNU Robikin Emhas. Dalam sambutannya, dia menyampaikan bahwa peremajaan gerakan perempuan harus lebih massif dan terukur. “Separuh dari problematika bangsa ini termasuk soal anak dan perempuan sehingga peran organisasi perempuan berbasis apapun mutlak diperlukan, dan PBNU mendukung sepenuhnya upaya Fatayat dalam merejuvinasi gerakannya dari Indonesia Timur,” ucapnya.
Ambon disebut-sebut sebagai pengekspor ikan terbesar di dunia. Menurut dia, ini adalah potensi yang sungguh luar biasa. Bagi perempuan, kekayaan alam tersebut merupakan peluang usaha yang bisa dikembangkan secara beragam sekaligus media untuk memancing potensi-potensi lain yang dimiliki perempuan di wilayah timur Indonesia.
Acara Konferensi Besar XVI Fatayat NU resmi dibuka oleh Menristekdikti didampingi Ketua PBNU, Ketua Umum Fatayat NU, dan Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Maluku Zeth Sahuburua dengan bersama-sama menabuh alat musik tifa, seni khas musik dari Ambon.
Editor: Ahmad Islamy Jamil