Konferensi LKLB 2025, Mendikdasmen Dorong Kehidupan Beragama Lebih Terbuka dan Toleran
JAKARTA, iNews.id - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti menghadiri Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) di Shangri-La Hotel Jakarta, Selasa (11/11/2025). Ia pun mendorong kehidupan beragama yang lebih toleran dan terbuka.
"Ini sebuah konferensi yang sangat penting yang juga menjadi bagian dari arus dan gerakan baru yang coba kita lakukan sebagai upaya untuk mendorong kehidupan beragama yang lebih toleran, beragama yang lebih terbuka, dan kita membangun social trust di dalam masyarakat yang multi agama dan multi budaya," kata Mu'ti.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya tengah merancang program penguatan pendidikan karakter yang disebut Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Dalam program itu, salah satu poinnya beribadah guna menanamkan iman dan takwa. Selain itu, terdapat juga poin bermasyarakat.
"Kita berusaha untuk mendorong anak-anak kita untuk lebih aktif bermasyarakat, berinteraksi dengan sebaya yang berbeda latar belakang agama, berbeda latar belakang budaya," ungkapnya.
"Yang ini diharapkan dapat menumbuhkan jiwa yang terbuka, pemikiran yang terbuka, sehingga mereka akan lebih memiliki kedekatan yang bersifat personal, yang itu otentik karena mereka memiliki tingkat dan intensitas yang tinggi di dalam berinteraksi dengan yang lainnya," ujar Mu'ti.
Menurut Mu'ti, pihaknya akan menyusun modul-modul sebagai teks pendukung terkait hal tersebut bersama Institut Leimena.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho berterima kasih kepada Kemendikdasmen yang telah bekerja sama dalam menggelar Konferensi Internasional LKLB ini. Sebab, Indonesia memiliki pengalaman dalam menata masyarakat yang majemuk.
"Apalagi khususnya di kawasan ASEAN dalam KTT ASEAN tahun ini di Malaysia bulan Mei kemarin, ASEAN menyetujui sebuah visi dan strategi 20 tahun ke depan hingga 2045 di mana salah satu strateginya adalah untuk mendorong literasi keagamaan lintas budaya untuk menciptakan komunitas yang inklusif dan kohesif," ujar Matius.
Sebagai informasi, Konferensi Internasional LKLB dihadiri lebih dari 200 peserta dari 20 negara yaitu Austria, Denmark, Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Belanda, Swiss, Inggris, Finlandia, Uzbekistan, Bahama, Bulgaria serta negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Laos, Filipina, Myanmar, dan Kamboja.
Para peserta merupakan pejabat pemerintah, akademisi, tokoh agama, pimpinan lembaga internasional, serta para guru alumni program LKLB dari berbagai provinsi di Indonesia.
Konferensi Internasional LKLB mempromosikan pengalaman Indonesia dalam mengembangkan program LKLB yang telah menjadi contoh upaya membangun kohesi sosial khususnya di kawasan Asia Tenggara. Tema yang diangkat 'Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies' menegaskan peran penting pendidikan untuk membangun sikap saling percaya di dalam masyarakat multiagama dan multikultural.
Editor: Puti Aini Yasmin