Latar Belakang APRA Melakukan Pemberontakan di Bandung dan Tujuannya
JAKARTA, iNews.id - Latar belakang APRA melakukan pemberontakan di Bandung dipelajari dalam pelajaran sejarah. Namun, bagi kamu yang belum paham bisa pelajari selengkapnya di sini.
APRA adalah singkatan dari Angkatan Perang Ratu Adil. APRA merupakan pasukan bersenjata yang dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling pada tahun 1949.
APRA terdiri dari mantan tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger) yang tidak setuju dengan pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat. Pembentukan APRIS menimbulkan ketegangan yang berujung terjadinya pertumpahan darah.
Hal ini disebabkan, karena di kalangan TNI (Tentara Nasional Indonesia) adanya keengganan untuk bekerja sama dengan mantan tentara KNIL yang menyatu ke dalam APRIS. Pihak KNIL juga menuntut agar bekas kesatuan KNIL ditetapkan sebagai alat negara bagian.
Ketegangan itu ditambah pertentangan politik antara kelompok yang ingin mempertahankan bentuk negara bagian dan kelompok yang menginginkan kesatuan.
Pertentangan politik terjadi antara golongan federalis dan golongan unitaris. Golongan federalis ingin mempertahankan eksistensi negara bagian, sedangkan golongan unitaris menginginkan bentuk negara kesatuan bagi Indonesia.
Golongan federalis didukung oleh pihak KNIL yang kemudian memanfaatkan kepercayaan rakyat tentang adanya Ratu Adil. dengan menamakan kesatuannya sebagai Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) diharapkan rakyat akan mendukung gerakan tersebut.
Jadi, latar belakang APRA melakukan pemberontakan adalah karena ketidakpuasan terhadap pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat), reaksi terhadap pembuatan RIS, dan ketegangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Gerakan menuju pemberontakan dimulai dengan dikeluarkannya ultimatum di Bandung kepada Pemerintah RIS dan negara Pasundan. Dalam ultimatum tersebut, APRA menginginkan untuk diakui sebagai ‘Tentara Pasundan’ dan menolak usaha-usaha untuk membubarkan negara boneka tersebut. Namun, ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh Pemerintah RIS.
Oleh karena itu, pasukan APRA membuat serangan terhadap Kota Bandung pada tanggal 23 Januari 1950. Selama beberapa waktu, pasukan APRA dapat menguasai Kota Bandung. Pasukan APRA akan menembak mati di tempat anggota TNI/APRIS yang mereka temui, baik yang bersenjata atau tidak.
Untuk menghadapi gerombolan APRA, pemerintah RIS mengirimkan pasukan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Serangan APRA telah menewaskan banyak pasukan APRIS dan rakyat sipil. Kemudian, pada tanggal 23 Januari 1950, gerombolan APRA mundur dari Bandung.
Dalam suatu pertempuran di daerah Pacet pada tanggal 24 Januari 1950, pasukan TNI dapat menghancurkan sisa-sisa gerombolan APRA. Di Kota Bandung pun diadakan pembersihan, mereka yang terlibat gerakan APRA akan ditangkap, termasuk beberapa tokoh Negara Pasundan.
Westerling melarikan diri ke Jakarta dan berencana menangkan Sri Sultan Hamengkubuwono IX (menteri pertahanan), Mr. A. Budiardjo, Kolonel TB. Simatupang. Namun, rencana itu dapat digagalkan, sebab ternyata tokoh di balik latar belakang APRA melakukan pemberontakan adalah Sultan Hamid II. Oleh karena itu, Sultan Hamid II ditangkap, namun Westerling berhasil melarikan diri ke luar negeri.
Tujuan APRA dan kaum kolonialis pada dasarnya adalah mempertahankan bentuk federal di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara tersendiri pada setiap negara-negara bagian RIS.
Tujuan ini bertolak belakang dengan hasil Konferensi Antar-Indonesia di Yogyakarta yang telah menyetujui bahwa APRIS adalah Angkatan Perang Nasional.
Demikianlah penjelasan mengenai latar belakang APRA dan tujuannya yang diharapkan semoga bisa menjadi sumber referensi kamu dalam belajar, semangat belajar.
Editor: Puti Aini Yasmin