Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Puncak Gunung Fuji Diselimuti Salju, 2 Pekan Lebih Cepat dari Tahun Lalu
Advertisement . Scroll to see content

Latar Belakang Lahirnya Politik Bebas Aktif Indonesia, Ini Sejarahnya

Selasa, 14 Februari 2023 - 10:09:00 WIB
Latar Belakang Lahirnya Politik Bebas Aktif Indonesia, Ini Sejarahnya
Ilustrasi. Latar belakang lahirnya politik bebas aktif Indonesia (freepik)
Advertisement . Scroll to see content

2. Dalam perang dingin yang sedang berkecamuk antara Blok Amerika (Barat) dengan Blok Uni Soviet (Timur). Indonesia memilih sikap tidak memihak kepada salah satu blok yang ada. Hal ini diuraikan Syahrir, yang pada waktu itu menjabat sebagai Perdana Menteri di dalam pidatonya pada Inter Asian Relations Conference di New Delhi pada tanggal 23 Maret –2 April 1947.

3. Dalam pidatonya tersebut, Syahrir mengajak bangsa-bangsa Asia untuk bersatu atas dasar kepentingan bersama demi tercapainya perdamaian dunia, yang hanya bisa dicapai dengan cara hidup berdampingan secara damai antarbangsa, serta menguatkan ikatan antara bangsa ataupun ras yang ada di dunia.

Dengan demikian di dalam perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memecah belah persatuan, sikap tidak memihak adalah sikap yang paling tepat untuk menciptakan perdamaian dunia atau paling tidak meredakan perang dingin tersebut.

4. Latar belakang lahirnya politik bebas aktif Indonesia selanjutnya adalah keinginan Indonesia di awal kemerdekaannya untuk tidak memihak dalam perang dingin tersebut. Sebab, selain untuk meredakan ketegangan yang ada juga dilatarbelakangi oleh kepentingan nasional Indonesia saat itu, yaitu mencari dukungan Internasional terhadap perjuangan kemerdekaannya.

Oleh karena itu, keterikatannya salah satunya (blok) yang ada belum tentu akan mendatangkan keuntungan bagi perjuangan kemerdekaannya. Karenanya waktu itu negara-negara disibukkan oleh usaha mendapatkan pengakuan atas kedaulatannya, sehingga Indonesia harus berkonsentrasi pada masalah tersebut

5. Sejak Mohammad Hatta Menyampaikan Pidatonya Berjudul "Mendayung Antara Dua Karang" di depan Sidang BP KNIP pada bulan September 1948, Indonesia menganut politik luar negeri bebasaktif. Sistem tersebut dipahami sebagai sikap dasar Indonesia yang menolak masuk dalam salah satu Blok negara-negara superpower, menentang pembangunan pangkalan militer asing di dalam negeri, serta menolak terlibat dalam pakta pertahanan negara-negara besar.

Meskipun begitu, Indonesia tetap berusaha aktif terlibat dalam setiap upaya meredakan ketegangan di dunia internasional (Pembukaan UUD 1945).

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut