Latar Belakang Pemberontakan Andi Azis, Perjuangan dan Konflik setelah Kemerdekaan
AKARTA, iNews.id - Latar belakang pemberontakan Andi Azis terjadi di wilayah Indonesia Timur pada tahun 1950, menjadi salah satu babak penting dalam sejarah perjuangan Indonesia setelah kemerdekaan.
Pemberontakan ini dipicu oleh sejumlah faktor, terutama ketidaksetujuan Andi Azis dan pasukannya terhadap rencana pemerintah pusat Indonesia untuk mendatangkan pasukan TNI ke wilayah Makassar. Untuk memahami dengan lebih mendalam tentang latar belakang, tujuan, dan dampak dari pemberontakan Andi Azis, mari kita telaah informasi dari berbagai referensi yang telah disediakan.
Pada awalnya, Andi Azis adalah seorang yang memiliki latar belakang yang unik dalam dunia militer. Dia adalah seorang perwira KNIL (Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger) yang pernah bertugas sebagai pasukan pertempuran bawah tanah melawan Jerman Nazi di Eropa selama Perang Dunia II.
Setelah perang berakhir, Andi Azis kembali ke Indonesia dengan harapan bisa bertemu kembali dengan orang tuanya di Palopo, Sulawesi Selatan. Namun pada saat itu, Indonesia masih dalam fase perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya, terbentuklah negara federasi yang terdiri dari 16 negara bagian termasuk Negara Indonesia Timur (NIT). NIT meliputi wilayah kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan Sulawesi. Meskipun terbentuknya NIT hasil dari Perjanjian Linggarjati yang diakui oleh Belanda, banyak yang melihatnya sebagai upaya Belanda untuk memecah-belah kesatuan Indonesia.
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dalam bentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950, setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Akibatnya, beberapa negara bagian termasuk NIT memutuskan untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Namun, hal inilah yang menjadi perdebatan dan menjadi pemicu pemberontakan Andi Azis.
Andi Azis dan pasukannya yang mayoritas merupakan mantan anggota KNIL, tidak setuju dengan rencana pemerintah Indonesia yang mengirim pasukan TNI ke wilayah Makassar. Mereka merasa bahwa TNI tidak sebanding dengan kemampuan militer KNIL dan khawatir akan perlakuan diskriminatif oleh pihak APRIS/TNI.
Sebagai seorang yang memiliki ambisi militer tinggi, Andi Azis ingin mempertahankan eksistensi Negara Indonesia Timur (NIT) sebagai entitas yang mandiri dan memegang kendali atas wilayahnya. Ia berharap dapat menduduki posisi puncak pemerintahan negara federasi di sektor militer bersama dengan Sukowati sebagai presiden dan Soumokil sebagai tokoh politik.
Pemberontakan Andi Azis merupakan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang dipengaruhi oleh latar belakang dan ideologinya. Andi Azis dan pasukannya ingin menghalangi rencana pemerintah Indonesia untuk menyatukan NIT ke dalam NKRI. Mereka ingin mempertahankan eksistensi NIT sebagai negara mandiri dan merasa bahwa hanya pasukan KNIL yang sebagian besar mereka wakili dan memiliki hak untuk menjaga keamanan di Makassar. Ketidaksetujuan ini menjadi pemicu pemberontakan.
Selain itu, Andi Azis ingin mengamankan kedudukan penting di pemerintahan NIT. Ia bercita-cita untuk menduduki posisi tertinggi dalam sektor militer, sementara Sukowati akan menjadi presiden dan Soumokil sebagai tokoh politik di NIT. Inilah yang menjadi salah satu tujuan pemberontakan Andi Azis yaitu menciptakan entitas politik yang independen di wilayah Indonesia Timur.
Pemberontakan Andi Azis tidak hanya menjadi sebuah peristiwa berdarah, tetapi juga memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia Timur. Pertempuran sengit terjadi antara pasukan TNI yang dikirim oleh pemerintah pusat dan pasukan Andi Azis di berbagai titik di Makassar. Konflik bersenjata ini tidak hanya menyebabkan korban jiwa di kedua belah pihak, tetapi juga menciptakan ketidakstabilan politik di NIT.
Perdana Menteri NIT, Ir. P. D. Diapari, mengundurkan diri pada tanggal 5 April 1950 sebagai tanda ketidaksetujuan terhadap tindakan Andi Azis dan para pemberontak. Pemberontakan ini juga membahayakan persatuan dan kesatuan Indonesia yang baru saja merdeka dari kekuasaan Belanda. Warga sipil yang tidak ingin terlibat dalam perang militer mengkhawatirkan keselamatan mereka.
Pemerintah pusat Indonesia merespons pemberontakan ini dengan cepat dan tegas. Presiden Soekarno mengeluarkan ultimatum kepada Andi Azis untuk melaporkan diri ke Jakarta dalam waktu empat hari. Ketika Andi Azis tidak mengindahkan ultimatum ini, pasukan TNI dipimpin oleh Kolonel Slamet Riyadi dikerahkan untuk menghadapi pemberontakan tersebut. Pasukan TNI mendapat dukungan dari masyarakat sipil dalam upaya mereka untuk menghentikan pemberontakan.
Pasukan TNI memadamkan pemberontakan Andi Azis pada tanggal 15 April 1950. Andi Azis terbunuh saat berusaha melarikan diri dari pangkalan yang dikepung oleh pasukan TNI. Kemudian, diadakannya Pengadilan militer yang digunakan untuk mengadili para pendukungnya yang tersisa.
Pemberontakan Andi Azis menjadi salah satu momen bersejarah yang menunjukkan tekad pemerintah Indonesia dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan negara. Meskipun berakhir dengan tindakan keras, pemberontakan ini mengingatkan kita akan kompleksitas politik dan ketegangan yang muncul setelah kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa perjuangan untuk mencapai persatuan dalam negara yang baru merdeka tidak selalu mudah. Namun di balik konflik bersenjata dan perpecahan, terdapat tekad yang kuat untuk menjaga integritas negara.
Latar belakang pemberontakan Andi Azis adalah salah satu cerminan perjalanan Indonesia menuju persatuan dan kemerdekaan yang kita kenal saat ini. Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan merawat keragaman dalam negara yang besar dan beragam ini.
Editor: Faieq Hidayat