Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : RI Akan Pulangkan Dua Napi Narkotika ke Belanda pada 8 Desember
Advertisement . Scroll to see content

Latar Belakang Perang Batak: Konflik Agama, Politik Dagang dan Perlawanan terhadap Belanda

Kamis, 16 November 2023 - 22:53:00 WIB
Latar Belakang Perang Batak: Konflik Agama, Politik Dagang dan Perlawanan terhadap Belanda
Ilustrasi perang batak. (Foto Ist).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Latar belakang terjadinya perang Batak dipicu oleh beberapa faktor dan menjadi salah satu episode tragis dalam sejarah Sumatra Utara. Perang Batak menjadi saksi pertarungan sengit antara masyarakat Batak yang teguh dengan kepercayaan tradisional mereka dan penjajahan Belanda yang berusaha memperluas kekuasaannya di wilayah ini. 

Kedatangan Belanda dan Politik Monopoli di Sumatera

Perang Batak dimulai seiring dengan kedatangan tentara Belanda ke Sumatra berdasarkan Perjanjian Belanda-Inggris tahun 1824. Perjanjian ini menyerahkan wilayah Inggris di Sumatra kepada Belanda, memberikan pijakan bagi Belanda untuk menjalankan politik monopoli mereka di pulau tersebut. Hal ini mencakup penobatan Raja Sisingamangaraja XII sekaligus dimulainya open door policy oleh Belanda.

Tujuan politik Belanda pada saat itu adalah untuk mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia Belanda. Namun, penguasaan monopoli ini juga menjadi pemicu terjadinya konflik di wilayah Batak.

Konflik Agama dan Penyebaran Kristen

Setelah kedatangan Belanda, agama Kristen mulai berkembang di Batak karena dipromosikan oleh pihak penjajah. Penyebaran agama Kristen menjadi salah satu latar belakang Perang Batak. Perang Batak awal mula dipicu oleh penolakan Raja Sisingamangaraja XII terhadap penyebaran agama Kristen. Masyarakat setempat yang masih teguh dengan kepercayaan asli Batak, merasa resah dengan kehadiran misionaris Kristen yang bersekutu dengan pemerintah Belanda.

Raja Sisingamangaraja XII menolak keras penyebaran agama Kristen di wilayahnya, ia memandangnya sebagai ancaman terhadap keberlangsungan kepercayaan dan tradisi animisme Batak, terutama kepercayaan Parmalim. Konflik semakin memanas ketika misionaris agama Kristen yang dekat dengan pemerintah Belanda, mendekati masyarakat Batak. Raja Sisingamangaraja XII pun mulai mengusir para misionaris yang menciptakan ketegangan dan akhirnya meletus dalam perang pada 16 Februari 1878.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut