Lulus dengan IPK Sempurna, Ibnu Diangkat Jadi Kepala Sekolah di Usia 23 Tahun
JAKARTA, iNews.id - IPK sempurna ternyata tidak hanya sekadar kebanggan bagi diri sendiri. Ternyata, prestasi ini mampu membuka jalan karier seseorang, seperti yang dialami Ibnu Fari Nugroho. Bagaimana kisahnya?
Ibnu, sapaan akrabnya merupakan salah satu wisudawan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) pada Sabtu (29/10) kemarin. Pria asal Kalimantan ini berhasil lulus dengan IPK 4.00.
Ia mengaku tak pernah bermimpi bisa mendapatkan nilai yang sempurna. Sebab, baginya ia hanya menginginkan IPK cumlaude.
“Bersyukur saya bisa mewujudkannya, tapi untuk mendapatakan IPK sempurna 4.0 saya tidak pernah terpikirkan, karena target saya hanya cumlaude waktu itu,” kata Ibnu dikutip dari laman resmi UM Surabaya, Minggu (30/10/2022).
Bagi Ibnu, ada beberapa cara untuk meraih nilai sempurna, yakni aktif berdiskusi saat perkuliahan, fokus, disiplin dan tanggung jawab menjadi kunci Ibnu menyelesaikan studinya secara maksimal.
Keputusannya menjadi seorang guru ternyata mengantarkan dia menjadi seorang kepala sekolah di kampung halamannya. Ibnu mengaku tergerak hatinya saat melihat sebuah TK yang tak memiliki guru sarjana.
“Di depan rumah saya ada TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang jumlah keseluruhan siswa hanya 18, dan semua gurunya belum ada yang sarjana. Semua guru di sana adalah relawan dari PKK,” ucap Ibnu.
Menurutnya, di Kelurahan Bereng Bengkel Kecamatan Sabangau, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah, pada tahun 2018 hanya ada 3 sarjana yang lulus dari jurusan PGSD, dan semuanya bekerja di kota. Sebagai seorang yang aktif Karang Taruna dan menyukai dunia anak-anak ia berniat hanya membantu mengajar selama 1 bulan saja.
“Ketika saya mau berhenti mengajar setelah 1 bulan, banyak wali murid dari 18 siswa itu meminta saya bertahan untuk mengajar anak-anak. Mereka menyebut pembelajaran yang saya berikan selalu menarik dan menyenangkan,” tutur dia.
Selama itu, ia sering memantau perkembangan TK. Bahkan, sejak memutuskan menjadi guru ia selalu mengupayakan agar anak-anak masuk setiap hari.
“Kalau dulu itu kadang sekolahnya hanya 3 hari, kadang muridnya juga nggak datang. Jadi sekolahnya fleksibel dan syukur sekarang sudah ada aturan yang disepakati dan itu lebih baik,” tuturnya.
Berkat kesederhanaan dan kegigihannya, pada Desember 2021 ia diangkat menjadi Kepala Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bereng Bengkel di usianya yang masih sangat muda yakni 23 tahun.
“Alhamdulillah saat ini sudah ada 38 siswa, kalau ditotal sama kelompok bermain totalnya ada 50 lebih,” kata dia.
Menurutnya kelas kelompok bermain yang dirintisnya hanya masuk 2 kali dalam seminggu, yakni hari Jumat dan Sabtu. Ibnu menegaskan bekal yang ia peroleh selama di UM Surabaya akan ia aplikasikan untuk mengabdi di TK mulai pengalaman organisasi dan pengalaman-pengalaman yang lain.
Rupanya dalam menyelesaikan tugas akhir Ibnu mengambil judul penelitain yang melibatkan TK yang dipimpinnya secara langsung, yakni ‘Pengaruh Tari Giring-giring untuk Meningkatkan Motorik Kasar Anak Kelompok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bereng Bengkel’.
Editor: Puti Aini Yasmin