Mahfud MD Ajak Rembuk Dewan Pers dan Pemimpin Redaksi, Hindari Berita Sensasi
Sementara itu Ketua Forum Pemred, Kemal Gani tidak memungkiri perilaku sebagian media yang jurnalisnya kerap menulis judul tidak sesuai isi berita, terutama media abal-abal. Dia mengajak pemerintah dan asosiasi pers bersama-sama membangun ekosistem media nasional yang sehat.
"Kami bersama Dewan Pers dan asosiasi-aaosiasi media yang tergabung dalam Task Force Media Sustainability menyadari hal ini karena itu salah satu concern kita media abal-abal," kata pendiri The London School of Public Relations (LSPR) itu.
Saat ini, kata dia tim Task Force sedang menyiapkan draf undang-undang terkait platform global. "Kita ini media mainstream yang sudah diverifikasi, jumlahnya tidak sampai 1.000 yang sudah diverifikasi secara faktual. Sementara media yang bebas sebebas bebasnya ada 800 ribuan Pak Menko. Kita kayak dikeroyok," katanya.
Dalam forum yang diikuti lebih 50 wartawan dari berbagai generasi ini, berbagai usulan dilontarkan oleh peserta diskusi untuk menghindari praktik juanalisme yang tidak berhati-hati dan berempati di era pandemi.
Salah satunya, jurnalis senior Bambang Harymurti mengusulkan agar Dewan Pers mengaudit media-media nasional dan memberi peringkat khusus tentang kualitas jurnalistik masing-masing.
“Misalnya nanti diberi tanda hijau, kuning atau merah yang memandakan kualitas berita medianya agar publik sejak awal tahu akan berurusan dengan media jenis apa,” katanya.
Diskusi ini, selain Mahfud MD dan M Nuh juga dihadiri para anggota dewan pers, pimpinan asosiasi pers, seperti AJI, IJTI, AMSI, PWI, SPS dan para pemimpin redaksi media nasional. Hadir juga Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi, dan Juru Bicara Menteri BUMN Arya Sinulingga.
Kemudian hadir juga tokoh senior pers, seperti Ilham Bintang, Rustam F. Mandayun, Mara Sakti Siregar dan Henry Ch. Bangun.
Editor: Kurnia Illahi