Mantan Napi Terorisme Sebut Doktrin Ideologi Radikal Mengalami Perubahan
JAKARTA, iNews.id - Doktrin ideologi radikal yang menjadi pangkal aksi terorisme di Indonesia disebut mengalami perubahan dari masa ke masa. Penuturan itu disampaikan mantan narapidana terorisme, Haris Amir Fallah yang pernah menjadi terpidana kasus pendanaan latihan di Jalin Jantho, Aceh.
Saat masih berpegang pada ideologi tersebut, Haris mengatakan doktrin yang dilakukan kelompok radikal begitu keras. Menurutnya, doktrin yang didapatkannya dulu mengatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kafir dan semua warganya kafir.
"Belakangan agak halus ini, tetapi masih saja mereka menolak NKRI. Negara NKRI kata mereka kafir, tetapi sekarang tidak mengkafirkan semua penduduknya. Intinya, mereka itu menolak negara, Konsekuensinya ya harus hijrah dan lepas dari NKRI," ujarnya dalam diskusi Polemik MNC Trijaya bertajuk "WNI ISIS Dipulangkan atau Dilupakan" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020).
Pria yang merupakan penulis buku itu mengatakan, beberapa tahun lalu ISIS belum menurunkan perempuan dan anak-anak dalam aksi teror. Namun, belakangan mulai terlihat perubahan di mana para perempuan bisa sama atau bahkan lebih militan ketimbang laki-laki.
"ISIS itu awalnya tidak pernah mengerahkan wanita dalam aksiya. Tetapi belakangan wanita lebih militan dan radikal. Terakhir kasus bom di Polresta Medan, terpapar dari istrinya. Banyak juga yang saya kenal itu suaminya ditinggal sang istri untuk berhijrah ke sana (Suriah) karena tidak sepaham ideologinya," ucapnya.