Megawati Usul Konferensi Asia Afrika Jilid II, Bahas Kemerdekaan Palestina hingga Evaluasi 70 Tahun
JAKARTA, iNews.id - Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mengusulkan kepada pemimpin-pemimpin bangsa di Asia dan Afrika agar menggelar Konferensi Asia-Afrika (KAA) jilid II. Nantinya, ada beberapa isu yang dibahas.
Menurut Megawati, KAA jilid II digelar demi menjaga semangat KAA pertama kali yang digelar di Gedung Merdeka, Kota Bandung pada 1955 yang menghasilkan pemikiran yang dituangkan dalam Dasasila Bandung.
Gagasan Megawati untuk mendorong digelarnya KAA jilid II ini disampaikan oleh Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri, Ahmad Basarah dalam sambutan acara diskusi memperingati 70 Tahun KAA di DPP PDI Perjuangan pada Sabtu (26/4/2025).
"Ibu Megawati menyerukan agar para pemimpin bangsa-bangsa Asia-Afrika saat ini dapat menyelenggarakan kembali pertemuan pemimpin bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk mengevaluasi 70 tahun perjalanan Konferensi Asia-Afrika yang telah menjadi fondasi kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika,” ucap Basarah.
Basarah mengungkapkan, dorongan KAA jilid II ini juga secara khusus untuk memberikan perhatian kepada negara yang masih belum berdaulat. Salah satunya adalah Palestina.
"Secara khusus memberikan perhatian bagi bangsa-bangsa Asia-Afrika yang belum merdeka, dan berdaulat dalam arti yang sesungguhnya terutama bagi nasib bangsa Palestina yang hingga saat ini masih mengalami penderitaan akibat penjajahan bangsa Israel,” ujarnya.
Lebih lanjut, Basarah juga mengungkapkan sejarah diadakannya KAA adalah karena kesamaan nasib negara-negara Asia dan Afrika yang baru merdeka untuk menegaskan tak ada lagi kolonialisme dan imperialisme.
Ia pun menyinggung, Proklamator RI, Soekarno dalam pembukaan KAA untuk melahirkan semangat baru bagi negara-negara Asia-Afrika. Saat itu, Bung Karno menyatakan perdamaian adalah prasyarat penting bagi kemerdekaan sebab tanpa perdamaian kemerdekaan akan kehilangan makna dan nilai.
”Prinsip inilah yang kemudian menjadi nafas dari Dasasila Bandung, sepuluh prinsip fundamental yang hingga hari ini tetap relevan dalam hubungan antarbangsa dan menjadi fondasi dari prinsip hubungan berdampingan secara damai,” tuturnya.
Basarah menegaskan, forum tersebut juga harus memberikan perhatian khusus dalam rangka menanggapi isu global saat ini. Oleh karenanya, KAA Jilid II diharapkan mampu menghasilkan keputusan monumental dalam mengkontekstualisasikan Dasasila Bandung.
Editor: Puti Aini Yasmin