Menag Ajak Masyarakat Petik Hikmah Isra Mi'raj dengan Jaga Kerukunan Umat Beragama
JAKARTA, iNews.id - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengajak masyarakat memetik hikmah peristiwa Isra Mi'raj dengan menjaga kerukunan umat beragama. Isra Mi'raj perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian dinaikkan ke langit ketujuh dalam semalam.
Dia juga menyatakan Isra Mi'raj merupakan sebuah tonggak dari lahirnya ibadah salat lima waktu yang menjadi inti kepatuhan dari dua kesholehan yakni kesholehan individual dan sosial.
“Saya mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk memetik hikmah dari peristiwa Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW dengan menjaga komitmen keimanan dan kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta menjaga komitmen kerukunan umat beragama, sehingga tercipta Indonesia yang harmonis menuju bangsa yang hebat,” kata Gus Yaqut, sapaan Menag Yaqut Cholil Qoumasdi Jakarta, Sabtu (18/2/2023).
Gus Yaqut menuturkan agama hadir untuk membebaskan manusia dari segala belenggu keburukan, kejahatan, dan kerusakan moral. Agama dan kemanusiaan bukan untuk dihadap-hadapkan, apalagi dibeda-bedakan.
Agama, lanjutnya, datang untuk memanusiakan manusia dengan cara memelihara agamanya, jiwanya, akalnya, kehormatannya, dan hartanya. Seperti ibadah salat yang diawali dengan kekuatan tauhid “Allahu Akbar”, menjadi wujud komitmen ketauhidan dan komitmen kepatuhan secara totalitas kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT).
Kemudian salat juga ditutup dengan kalimat salam “assalamualaikum wa rahmatullah” ke kanan dan ke kiri, menjadi wujud komitmen kedamaian, komitmen persaudaraan, komitmen kerukunan, dan komitmen merekatkan ikatan kemanusiaan.
Menurutnya, salat merupakan wujud dari keimanan yang memberikan pengaruh positif terhadap interaksi dengan seluruh makhluk dalam menebarkan harmoni kehidupan. Sementara kesholehan sosial menjadi barometer kualitas ibadah shalat.
“Salat sejatinya mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. Di mana pesan di balik perintah shalat adalah bahwa hubungan agama dan kemanusiaan hidup berdampingan,” kata Menag.
Ia melanjutkan Indonesia merupakan sebuah bangsa yang dianugerahi berbagai bahasa, budaya, dan agama. Sudah sepatutnya harus mensyukuri kekuatan tersebut dan menggunakannya sebagai kekuatan untuk menjaga kerukunan.
Menjadi sebuah negara besar, tidak boleh membuat Indonesia terbelah akibat konflik. Seharusnya justru setiap pihak meneguhkan komitmen kebangsaannya.
“Inilah spirit dari makna salaam, yakni berkomitmen menjaga persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah) dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah),” katanya.
Editor: Faieq Hidayat