Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Daftar 6 Kodam Baru Lengkap dengan Jabatan Pangdam yang Diresmikan Presiden Prabowo
Advertisement . Scroll to see content

Mengenal Perjuangan Tuanku Tambusai yang Namanya Diabadikan jadi Kodam XIX

Senin, 11 Agustus 2025 - 17:13:00 WIB
Mengenal Perjuangan Tuanku Tambusai yang Namanya Diabadikan jadi Kodam XIX
Markas Kodam XIX Tuanku Tambusai (TT) di Kota Pekanbaru, Riau, yang baru diresmikan Presiden Prabowo. (Foto: iNews)
Advertisement . Scroll to see content

Sejak kecil, ia mendapat didikan ayahnya dalam ilmu bela diri, berkuda, dan tata cara bernegara. Untuk memperdalam agama, ia menuntut ilmu ke Bonjol lalu Rao, belajar kepada para ulama berpaham Paderi. Dari mereka, ia memperoleh gelar fakih dan terpikat pada ajaran pemurnian Islam, yang kemudian ia sebarkan di tanah kelahirannya. Dakwahnya cepat diterima masyarakat, menguatkan tekadnya menyebarkan Islam hingga ke wilayah Batak, yang saat itu masih banyak menganut pelbegu.

Perjuangan Bersama Gerakan Paderi

Tuanku Tambusai memulai perjuangan di Rokan Hulu dengan pusat pertahanan di Benteng Dalu-dalu. Tahun 1823 ia bergerak ke wilayah Natal, lalu memimpin pasukan gabungan dari berbagai daerah—Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal—untuk menghadang Belanda pada 1824. Selain sempat menunaikan haji, ia juga diminta Tuanku Imam Bonjol mempelajari perkembangan Islam di Tanah Arab.

Selama sekitar 15 tahun, perlawanan yang dipimpinnya membuat Belanda kerepotan hingga harus meminta bantuan pasukan dari Batavia. Kecerdikannya terbukti ketika ia berhasil menghancurkan Benteng Belanda Fort Amerongen dan merebut kembali Bonjol, meski tidak bertahan lama.

Musuh yang dihadapinya bukan hanya Belanda, tetapi juga pasukan Raja Gedombang (Regent Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo yang berpihak pada kolonial. Karena ketangguhannya yang sulit ditundukkan, Belanda menjulukinya “De Padrische Tijger van Rokan” atau Harimau Paderi dari Rokan.

Akhir Perlawanan dan Warisan Perjuangan

Meski Kolonel Elout menawarkan perdamaian, Tuanku Tambusai menolak. Pada 28 Desember 1838, Benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat jalan rahasia, ia meloloskan diri, mengungsi, dan menetap di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, hingga wafat pada 12 November 1882.

Atas jasa-jasanya menentang penjajahan Hindia-Belanda, pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional pada 7 Agustus 1995 melalui Keputusan Presiden No. 71/TK/1995.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut