Mengenal Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia
JAKARTA, iNews.id – Sri Sultan Hamengkubuwono IX dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Namun, peran pemimpin Yogyakarta itu dalam pembentukan organisasi kepanduan tersebut mungkin belum banyak diulas.
Sebelum Pramuka terkenal di nusantara, ada satu organisasi kepanduan milik Belanda di Bandung bernama Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) pada 1912. Setelah terbentuknya organisasi tersebut, mulai muncul organisasi lainnya.
Kata Pramuka sendiri diambil dari kata “Poromuko”, artinya prajurit terdepan dalam sebuah peperangan. Pramuka juga merupakan singkatan dari “Praja Muda Karana”, yang berarti jiwa-jiwa muda yang berkarya. Pramuka diresmikan lewat Keppres Nomor 238/1961. Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi salah satu tokoh yang ikut memperkenalkan Pramuka ke seluruh Nusantara.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912. Ketika kecil, dia dinamai Gusti Raden Mas Dorodjatun sebagai putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah atau Kanjeng Ratu Alit. Sejak kecil, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengikuti Pramuka hingga pada 1921 di Yogyakarta. Dia tercatat sebagai anggota welp (siaga), jenjang kepramukaan terendah (6-11 tahun). Sementara pada 18 Maret 1940 Sri Sultan Hamengkubuwono IX ditetapkan sebagai Sultan Yogyakarta dan menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama setelah Indonesia merdeka.
Pada dekade 1960-an, dia diangkat menjadi Pandu Agung atau pemimpin kepanduan. Bersama dengan Soekarno, presiden Indonesia saat itu, mereka berencana untuk menyatukan organisasi kepanduan serta mendirikan organisasi pramuka di Indonesia. Presiden Soekarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka pada 9 Maret 1961, dengan beranggotakan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof Prijono, Dr A Azis Saleh, serta Achmadi. Para anggota akhirnya menyusun Anggaran Dasar Gerakan Pramuka serta Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961 tentang Pramuka.