Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Apel Srawung Agung, Kapolri Ajak Jajaran Kolaborasi dengan Warga Jaga Keteraturan Sosial
Advertisement . Scroll to see content

Mengenang Hoegeng Iman Santoso, Eks Kapolri Era Soeharto Sang Polisi Jujur dan Merakyat

Minggu, 14 Juli 2024 - 04:07:00 WIB
Mengenang Hoegeng Iman Santoso, Eks Kapolri Era Soeharto Sang Polisi Jujur dan Merakyat
Berikut profil Hoegeng Iman Santoso, eks Kapolri era Presiden Soeharto yang dikenal sebagai polisi jujur dan merakyat. (Foto: Polri.go.id)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Mengenang Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso. Dia merupakan mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang menjabat pada 1968 hingga 1971 semasa kepemimpinan Presiden Soeharto.

Hoegeng meninggal dunia pada usia 82 di Jakarta, 14 Juli 2004 lalu. Jenazah polisi yang dikenal jujur dan merakyat itu dimakamkan Taman Permakaman Bukan Umum (TPBU) Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar).

Berikut profil Hoegeng Iman Santoso, tokoh Polri yang wafat hari ini 20 tahun lalu sebagaimana iNews.id rangkum dari berbagai sumber, Minggu (14/7/2024).

Profil Hoegeng Iman Santoso

Dikutip dari laman Perpustakaan Nasional, Hoegeng lahir di Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), pada 14 Oktober 1921. 

Hoegeng memulai pendidikannya Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada usia enam tahun. Dia lalu melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) pada 1934.

Selepas lulus, dia menempuh pendidikan di A-MS-A Westyerns klasiek di Yogyakarta (1937) dan belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia pada 1940. 

Semasa kependudukan Jepang, dia mengikuti latihan kemiliteran Nippon pada 1942. Setahun berselang, dia masuk ke Koto Keisatsu Ka I-Kai.

Dia mulai berkarier di kepolisian Indonesia saat diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang pada 1944. Kariernya moncer saat ditunjuk menjadi Kepala Polisi Jomblang setahun kemudian Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah hingga 1946. 

Dia lalu mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara atau sekarang Polri.

Pada 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, Georgia, Amerika serikat. Setelahnya, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya pada 1952. 

Kariernya semakin moncer usai ditunjuk sebagai Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatra Utara pada 1956. Empat tahun berselang, dia mengikuti Pendidikan Brimobdan dan menjadi Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan Menteri Sekretaris Kabinet Inti pada 1966. 

Kariernya semakin menanjak usai ditunjuk menjadi Deputi Operasi Pangak dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi pada 1966. Kemudian pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. 

Semasa Hoegeng menjabat, terjadi perubahan nama pimpinan kepolisian Indonesia berdasarkan Keppres Nomor 52 Tahun 1969. Keppres itu mengubah sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). 

Perubahan juga berlaku ke markas besar kepolisian menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabes Pol) dan sejumlah jabatan di bawah Kapolri, seperti Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol. 

Kiprahnya sebagai Kapolri ditandai dengan pembenahan beberapa bidang termasuk struktur organisasi Polri. Buah tangan Hoegeng berhasil, struktur yang baru terkesan lebih dinamis dan komunikatif.

Peran serta Polri dalam organisasi polisi internasional, International Criminal Police Organization (ICPO) juga semakin aktif di bawah kepemimpinan Hoegeng. Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.

Sosok Polisi Jujur dan Merakyat

Hoegeng dikenal sebagai salah satu polisi yang jujur. Bahkan kejujurannya diakui oleh orang banyak.

Integritas Hoegeng tetap terpratri pada dirinya hingga akhir kepemimpinannya sebagai Kapolri pada 1971. Dia rela kehilangan jabatan demi harga diri.

Dikutip dari Okezone, saat itu dia tengah menangani kasus penyelundupan mobil mewah tanpa bea cukai. Pelakunya yakni pengusaha Robby Tjahjadi.

Robby dikenal dekat dengan penguasa Orde Baru. Namun Hoegeng tidak peduli, dia tetap ngotot mengusut kasus itu meski dibekingi penguasa.

Hoegeng menyadari Robby punya hubungan dekat pengusa dan para pembesar. Akan tetapi nyali Hoegeng tak ciut, dia tetap mengusut kasus tersebut meski banyak pejabat berupaya melepaskan Robby.

Akhirnya Hoegeng dicopot Soeharto dari jabatan Kapolri. Dia digantikan oleh Mohammad Hasan.

Tak lama, Robby divonis 10 tahun penjara terkait kasus penyelundupan mobil mewah.

Kesederhanaan Hoegeng juga diakui Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Megawati mengaku sangat bersahabat dengan Jenderal Hoegeng. 

Bagi Megawati, Hoegeng adalah sosok petinggi Polri yang merakyat, sederhana dan senantiasa menjaga integritas.

"Saya sangat bersahabat dengan Pak Hoegeng. Saya bilang bersahabat. Kenapa? Karena putrinya itu sahabat saya. Saya tahu kehidupannya. Saya baru mendapat bukunya untuk mengenang beliau 100 tahun. Menurut saya he is the best," ucap Megawati beberapa waktu lalu.

Dia bercerita pernah berpapasan dengan Hoegeng di tengah jalan. Saat itu, dia melihat orang nomor satu di Korps Bhayangkara tersebut naik sepeda menuju ke kantornya di Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. 

"Kalau dulu saya tinggal di Jalan Sriwijaya, kan Mabes Polri di Jalan Trunojoyo ya, jadi kalau pagi itu waktu saya lagi kuliah di psikologi, saya pagi-pagi toh, paling tidak jam katakan 08.15 gitu, sudah mau menuju ke Universitas Indonesia, pakai mobil nyetir sendiri, dia (Hoegeng) sudah tahu mobil saya. Dari jauh dia naik apa? Naik sepeda lho," katanya.

Presiden kelima RI itu heran Hoegeng rela mengayuh sepeda ke kantornya. Padahal, Hoegeng merupakan pucuk pimpinan kepolisian RI.

"Mana ada Kapolri naik sepeda kayak dia. Dia naik sepeda deh. Ketemu di jalan, jadi kita minggir dulu, 'Om mau ke mana?' Saya panggilnya om, 'Mau ke kantor,' (jawab Hoegeng). 'Malu-maluin masa Kapolri naik sepeda,' 'Ya biar aja ini kan sekalian olahraga,' (kata Hoegeng). Itu menurut saya Pak Hoegeng," kata Megawati.

Editor: Rizky Agustian

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut