Mentan Pastikan Stok Pangan Aman Jelang Nataru: Kalau Harga Naik, Ada yang Tak Beres
JAKARTA, iNews.id - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan seluruh pelaku usaha wajib mematuhi Harga Eceran Tertinggi (HET) menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Penegasan ini disampaikan sebagai bentuk komitmen negara menjaga stabilitas harga pangan, melindungi konsumen, sekaligus memastikan petani tetap sejahtera.
Amran, yang juga menjabat Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), menuturkan bahwa ketersediaan stok pangan nasional saat ini sangat mencukupi, sehingga tidak ada alasan harga kebutuhan pokok beras, minyak goreng, dan komoditas strategis lainnya mengalami lonjakan.
“Produksi ada, stok ada. Beras kita tertinggi sepanjang sejarah republik ini, minyak goreng juga berlimpah. Kalau harga masih naik, berarti ada yang tidak beres di tata niaga,” ucap Amran dalam keterangannya, Kamis (18/12/2025).
Dia menambahkan, stok beras nasional saat ini mencapai sekitar 3,7 juta ton, dan diperkirakan meningkat hingga 6–7 juta ton pada April mendatang, seiring penyerapan gabah petani yang terus dilakukan dengan mematuhi Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
“Kalau kita ingin petani sejahtera, HPP harus dipatuhi. Jangan harga ditekan di petani, tapi dinaikkan ke konsumen. Itu tidak adil,” tuturnya.
Dia menekankan, HET bukan untuk merugikan pedagang, melainkan menciptakan keseimbangan agar semua pihak diuntungkan. Dengan HET yang dipatuhi, petani mendapatkan harga layak, pedagang memperoleh margin wajar, dan konsumen terlindungi dari lonjakan harga.
Menjelang momentum Nataru, Amran mengingatkan agar tidak ada pihak yang memainkan harga demi keuntungan tidak wajar. Dia bahkan menyampaikan secara terbuka tekanan besar yang dirasakannya setiap kali harga pangan bergejolak.
“Saya ini tiap Natal dan Lebaran, asam lambung saya naik. Pernah saya periksa sampai ke luar negeri. Dokternya tanya, bapak kerja apa? Saya jawab petani. Dia bilang, jangan stres. Ini stresnya tinggi,” tuturnya.
Dia menjelaskan, tekanan muncul karena posisi pemerintah yang selalu berada di tengah. Saat harga naik, konsumen marah. Saat harga turun, petani protes. Ketika harga stabil, asosiasi pedagang pun kerap bersuara.
“Harga naik dimarahi konsumen, harga turun dimarahi petani, harga sedang-sedang saja asosiasi (pengusaha) marah. Ini yang bikin stres,” ucapnya.
Amran bahkan mengungkapkan pengalaman pribadi saat mengalami vertigo berat akibat tekanan tersebut.
“Saya pernah vertigo sampai tujuh jam dirawat, baru bisa bangun. Minus dua hari Lebaran. Jangan sampai terulang,” tuturnya.
Dia menuturkan, penegakan hukum di sektor pangan terus berjalan. Hingga kini, 75 pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penipuan dan kecurangan distribusi pangan, serta ribuan izin usaha dicabut di sektor beras, minyak goreng, pupuk, dan komoditas lainnya.
“Itu bukan kesalahan biasa. Itu penipuan, titik. Dan negara harus hadir melindungi rakyat,” ujarnya.
Pemerintah mengajak seluruh pelaku usaha, asosiasi, dan pemangku kepentingan pangan untuk mematuhi HET dan HPP, menjaga tata niaga yang jujur dan berkeadilan, agar masyarakat dapat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan tenang, harga stabil, dan pasokan aman.
Editor: Aditya Pratama