Muhammadiyah dan DMI Dorong Reformasi Digitalisasi Masjid
JAKARTA, iNews.id – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bersama Dewan Masjid Indonesia (DMI) berkomitmen untuk terus mendorong reformasi digitalisasi masjid. Langkah itu dinilai penting untuk membina generasi muslim milenial agar tidak asing dengan nilai-nilai peradaban Timur.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, saat ini keresahan mengenai persoalan generasi milenial sedang merebak di masyarakat. Generasi milenial dianggap cerdas dan mempunyi keahlian TI (teknologi informasi) yang luar biasa. Namun, jika dibiarkan tanpa pembinaan, mereka dikhawatirkan akan menjadi "anak-anak android" yang egoistis dan tidak peka terhadap lingkungan.
“Kemudian (jika terus dibiarkan begitu), mereka tidak lagi mempunyai nilai-nilai sopan santun yang ada di Indonesia, yang menjadi culture (budaya) Timur,” ujar Haedar dalam pertemuan dengan pengurus DMI di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (5/7/2018).
Karena itulah, kata dia, Muhammadiyah bersama dengan DMI sudah bertekad untuk memberdayakan generasi milenial lewat reformasi digitalisasi masjid. Hal itu dilakukan agar masjid menjadi dekat dengan generasi milenial dan adaptif dengan generasi muda masa kini.
“Masjid tidak hanya untuk orang-orang tua, namun juga untuk anak-anak milenial. Tidak mudah untuk menarik genarasi milenial ke masjid. Harus dilakukan gerakan reformasi masjid yang lebih keren, masjid yang digitalisasi, supaya masjid tidak lagi terkesan kuno,” ucapnya.
Di Muhammadiyah sendiri, kata Haedar, pendidikan yang adaptif untuk generasi milenial sudah mulai dijalankan melalui dua sistem pengajaran, yaitu sekolah umum maupun agama dan madrasah diniyah. Kedua sistem tersebut lalu dikombinasikan dengan kurikulum yang terintegrasi.
Haedar menuturkan, Muhammadiyah mempunyai konsentrasi pendidikan yang holistik dengan mengintegrasikan pendidikan sekolah, masyarakat, dan keluarga. Dalam lingkungan masyarakat, pusatnya ada di masjid dan madrasah.
Wakil Ketua Umum DMI Komjen Pol Syafruddin berpendapat, masalah radikalisme dan terorisme menjadi bagian dari ancaman generasi hari ini. Karena itu, dia menegaskan perlunya penanggulangan kedua masalah itu dengan mengembangkan potensi masjid yang dimiliki umat.
“Ada 800.000 lebih masjid di Indonesia. Dapat dibayangkan jika masjid-masjid itu dimanfaatkan sebagai pusat pemberdayaan umat, tentunya dapat mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial yang selama ini masih menjadi embrio radikalisme,” kata Syafruddin.
Editor: Ahmad Islamy Jamil