Mutasi TNI, Jenderal Kopassus Penumpas Teroris Poso Jabat Kaskostrad
JAKARTA, iNews.id - Gerbong mutasi perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali bergerak. Teranyar, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menunjuk Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa sebagai Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Kaskostrad.
Penunjukan ini tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/779/VII/2023 tanggal 17 Juli 2023 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia. Secara keseluruhan terdapat 96 Pati TNI yang berganti jabatan, terdiri atas 53 Pati TNI AD, 26 Pati TNI AL, dan 17 Pati TNI AU.
“Mutasi jabatan dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi dan pembinaan karier serta mengoptimalkan pelaksanaan tugas-tugas TNI ke depan yang semakin kompleks dan dinamis,” kata Plt Kabidpenum Puspen TNI Letkol Laut (KH) Bazisokhi Gea, Sabtu (22/7/2023).
Saleh Mustafa sebelumnya menjabat Perwira Staf Ahli Tingkat III KSAD Bidang Sosial Budaya Hukum HAM dan Narkoba. Jenderal lulusan Akademi Militer 1991 didapuk sebagai Kaskostrad menggantikan Mayjen TNI Syafrial yang dipromosikan sebagai Pangdam XVI/Pattimura.
Rekam jejak militer Saleh Mustafa cemerlang. Lulus dari Lembah Tidar yang merupakan kawah candradimuka Taruna AD, serdadu kelahiran Ternate ini digembleng pasukan elite Korps Baret Merah.
Berbagai jabatan pernah dipercayakan kepada Saleh. Suami dari Ziska Bayu Prabasari ini antara lain ditujuk sebagai Waasops Danjen Kopassus, Dan Grup 1/Kopassus (2012-2013) hingga Asops Kasdam Iskandar Muda (2013-2015).
Saleh lantas mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI pada kurun 2015-2016. Setelahnya dia dipercaya sebagai Pamen Ahli Kopassus Bidang Pendidikan dan Latihan (2016) dan selanjutnya dipromosikan di level teritorial sebagai Danrem 132/Tadulako (2016-2017).
Semasa bertugas sebagai orang nomor satu di Korem Tadulako ini, Mustafa dapat tugas berat. Tentara kelahiran 14 Maret 1969 ini terlibat aktif dalam Satgas Tinombala untuk memburu kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah.
Saleh turut pula merancang Operasi Simpang Angin. Dikutip dari buku "Kopassus untuk Indonesia: Profesionalisme Prajurit Kopassus", pasukan elite yang terlibat dalam Operasi Simpang Angin mulai menjelajahi Pegunungan Biru di ketinggian 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Perburuan terhadap kelompok radikal yang berafilisasi ke ISIS ini bahkan dilakukan hingga ke Lembah Bada, Kabupaten Sigi di pedalaman Sulawesi Tengah yang memiliki luas bentangan hingga 200 kilometer persegi. Sinergi TNI-Polri dalam Satgas Tinombala mencatat hasil signifikan.