Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Peringkat Global Islamic Indicator Naik, Mimpi Indonesia Jadi Produsen Halal Dunia Makin Dekat
Advertisement . Scroll to see content

Pakar Bioteknologi: Indonesia Belum Maksimal Garap Industri Halal

Minggu, 06 Mei 2018 - 10:51:00 WIB
Pakar Bioteknologi: Indonesia Belum Maksimal Garap Industri Halal
Ilustrasi (Foto: Ist)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pakar bioteknologi Irwandi Jaswir mengatakan, industri halal murni soal bisnis dan tidak berarti harus dikaitkan dengan urusan keagamaan. Namun, Indonesia sebagai negara mayoritas muslim justru belum menggarap potensi industri halal secara maksimal.

"Singapura, Jepang, dan Korea Selatan adalah negara dengan minoritas muslim, tapi kini berlomba-lomba mendorong industri halal," kata Irwandi pada seminar mengenai sains halal yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) dalam rangkaian Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini.

Guru besar yang berkarir di Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur itu mengharumkan nama Indonesia dengan penghargaan King Faisal International Prize 2018 untuk kategori Pelayanan Kepada Islam (Service to Islam) pada awal 2018. Penghargaan bergengsi dunia setingkat nobel itu sebelumnya diberikan kepada mantan Perdana Menteri Mohammad Natsir.

Menurut Irwandi, sains halal saat ini dikembangkan untuk mengetahui kehalalan suatu produk tidak hanya dilihat dari sisi agama tetapi ilmu pengetahuan. Menurut dia, Indonesia memiliki potensi untuk meraih pasar industri halal dunia yang memiliki nilai hingga 3 triliun dolar Amerika Serikat per tahun. Langkah pertama yang harus dilakukan yakni menerbitkan regulasi, serta mengatur pemberian insentif bagi perusahaan yang ingin berkecimpung dalam industri halal.

"Jadi harus ada kebijakan yang sistematis, untuk mendorong industri bergerak ke arah industri halal," kata Irwandi.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti mendorong akademisi melakukan penelitian di bidang halal. "Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, namun negara yang teratas dalam mengembangkan industri halal justru diraih Thailand padahal penduduk Muslim di sana hanya 4,6 juta jiwa," ujar Ghufron di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, bahkan di Thailand sudah ada pusat ilmu halal. Dengan teknologi, kata dia, dapat dikembangkan produk yang halal, baik, dan aman dikonsumsi. "Kami mendorong agar akademisi melakukan penelitian mengenai halal ini dan tentu saja ini peluang bisa dijual ke negara lain."

Dia juga menambahkan sejumlah, negara seperti Korea Selatan mempunyai semangat tinggi dalam belajar sains halal. Korea Selatan tahu apa yang dimau oleh umat Islam, contohnya dengan memproduksi batu giok yang kemudian dibuat menjadi tasbih.

Editor: Azhar Azis

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut