Pakar ITB Beberkan Penyebab Gunung Semeru Meletus, Nomor 3 Bikin Merinding
“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban," ujar dia.
"Meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa dideteksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” sambungnya.
Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ini mengatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Oleh karena itu dapat disimpulkan Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun.
Sebab, pada Desember 2020 tercatat gunung Semeru pernah meletus. “Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” kata Mirzam.
Sementara itu, lanjut Mirzam, bahaya dari gunung api secara umum ada dua, yaitu primer dan sekunder. Bahaya primer berkaitan dengan saat gunung meletus dan bahaya sekunder setelah gunung api tersebut meletus.
Bahaya primer dari letusan ialah aliran lava, wedus gembel, dan abu vulkanik. Sementara bahaya sekunder gunung Semeru meletus salah satunya terjadinya banjir bandang atau pun lahar. “Dua-duanya sama-sama berbahaya,” pungkasnya.
Editor: Puti Aini Yasmin