Peran Tokoh Agama Tangkal Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024 Harus Diperkuat
JAKARTA, iNews.id - Hoaks atau berita bohong menjelang Pemilu 2024 harus diantisipasi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Peran tokoh agama dalam menangkap hoaks harus diperkuat.
Hari pencoblosan Pemilu dan Pilpres 2024, tinggal hitungan hari, atau kurang dari tiga bulan. Sejak penetapan pasangan capres cawapres Pilpres 2024, sudah banyak bertebaran hoaks yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Imam besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan, optimistis pemungutan suara Pemilu 2024 pada 14 Februari 2024, akan berlangsung aman dan damai serta melahirkan pemimpin amanah.
Pemicu konflik dalam pemilu seperti politik identitas, menggunakan dalil agama, kata Imam Besar Masjid Istiqlal, tidak akan laku di Pemilu 2024. "Saya melihat masyarakat saat ini jauh lebih dewasa dalam menyikapi persoalan politik," kata Imam Besar Masjid Istiqlal.
Nasaruddin Umar menyatakan, belajar dari Pemilu 2019, agama digunakan untuk kepentingan politik. Hal itu tidak akan terjadi di masyarakat pada Pemilu 2024.
"Isu keagamaan itu sering kali muncul sebagai faktor pemicu konflik, tetapi makin ke sini, semakin matang masyarakat kita. Matang dalam berpoliti dan pemahaman keagamannya," ujar Nasaruddin Umar.
Pilpres 2024, tutur Imam Besar Masjid Istiqlal, jangan dikaitkan dengan persoalan keagamanan. Itu tidak lagi akan menjadi pusat perhatian. "Saat ini masyarakat kita sudah tumbuh, paham, bahwa untuk kepentingan sesaat tidak perlu melibatkan agama yang sedemikian, memecah, tidak benar, jadi akhirnya perang ayat," tutur dia.
Nasaruddin Umar menilai, pada Pemilu 2024, masyarakat lebih dewasa dalam menyikapi isu. "Ada aktor dan faktor yang digunakan untuk memecah belah masyarakat di Pemilu 2024, tidak akan laku. Faktor pemuka agama dalam mencerahkan masyarakat perlu ditingkatkan. Sehingga, masyarakat tak lagi bisa dipengaruhi dengan dalil-dalil yang memecah persatuan dan kesatuan bangsa," ucap Nasaruddin Umar.
"(Pemilu 2024) lebih soft. Isu menjual dalil-dalil agama tidak akan laris lagi. Karena, masyarakat kita sudah matang. Masyarakat kita sudah dewasa, tapi itu tidak gratis, itulah peranan tokoh agama menciptakan penyadaran agama yang sungguh indah," ujar dia.
Sementara itu, Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori mengimbau seluruh warga Nahdlatul Ulama (NU), dan masyarakat Indonesia untuk sama-sama menjaga kondusivitas negara selama masa kampanye Pemilu 2024.
KH Said Asrori menekankan pentingnya pesta demokrasi yang damai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan. Semua pihak harus berpartisipasi dalam proses demokrasi mulai dari kampanye hingga pemilihan dengan penuh tanggung jawab.
"Marilah pesta demokrasi 2024 dan seluruh prosesnya, dari kampanye sampai pemilihan, semua menjaga kekondusifan negara ini," kata Katib Aam PBNU.
Pemilu, ujar KH Said Asrori, bukanlah momen untuk merusak persatuan dan kesatuan negara, melainkan kesempatan untuk menunjukkan kematangan berdemokrasi.
Selain itu, semua pihak harus bekerja sesuai aturan dan undang-undang. "Jangan sampai pemilu ini justru mengganggu, merusak, menjadi penyebab persatuan dan kesatuan negara yang kita cintai ini rusak. Siapa pun yang dipilih oleh warga, marilah dipilih dengan tanggung jawab, akhlak, dan moral mulia. Bagi semua tim sukses, bekerja dengan baik sesuai aturan dan undang-undang," ujar KH Said Asrori.
Katib Aam PBNU berpesan, momentum kampanye tidak menjadi ajang saling mencaci-maki atau merendahkan pilihan yang lain. Pemilu seharusnya menjadi momentum untuk memuji calon tanpa harus melibatkan unsur negatif.
"Boleh memuji-muji siapa pun yang menjadi pilihan, tetapi tidak harus disertai dengan mencaci maki dan menghujat atau merendahkan pilihan yang lain. Jadi silakan seluruh warga negara menyalurkan hak politik dengan benar dan penuh tanggung jawab,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Magelang, Jawa Tengah itu.
Kiai Said Asrori mengatakan, seluruh peserta pemilu, baik calon presiden (capres), calon wakil presiden (cawapres), dan calon anggota legislatif (caleg) merupakan saudara sebangsa sehingga tak perlu saling bertengkar.
"Silakan semuanya berupaya, berikhtiar, berproses untuk mencapai cita-cita keinginan yang tanpa harus mengorbankan kebersamaan, persatuan, tanpa harus membuat adat istiadat bangsa kita yang sangat mulia ini yaitu selalu menjaga kebersamaan dan kegotongroyongan rusak. Intinya masing-masing masih saudara, itu yang paling penting," ucap KH Saif Asrori.
Editor: Agus Warsudi