Perangi IUUF, KKP Kembangkan Pengawasan Berbasis Intelijen
“Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan penerapan intelijen perikanan untuk memerangi IUU Fishing. Pelatihan khusus dan lanjutan semacam ini akan meningkatkan kapasitas negara dalam memproses, menganalisis, dan menafsirkan seluruh data serta informasi di bidang perikanan sehingga akan membantu negara dalam menentukan strategi operasi yang tepat untuk memberantas IUU fishing,” tutur Handoko.

Seperti diketahui, KKP melalui RPOA-IUU dan ATSEA-2 menyelenggarakan kegiatan Advanced Fisheries Intelligence Training yang dihadiri oleh 42 perwakilan dari 11 negara peserta: Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam.
Dalam kegiatan tersebut, hadir pula perwakilan International Monitoring, Controlling and Surveillance Network (IMCSN), International Police (INTERPOL) dan Fisheries and Oceans Canada (fisheries enforcement) yang menyampaikan materi pelatihan mengenai proses penerapan intelijen di sektor perikanan, serta produk-produk intelijen.
Kemudian, juga mengenai pelaksanaan inspeksi dan investigasi kasus di sektor perikanan, serta modus operandi kejahatan perikanan internasional yang penanganannya melibatkan kerja sama antar negara dalam pertukaran informasi dan data.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah meluncurkan Integrated Maritime Intelligent Platform yang berfungsi sebagai media terintegrasi yang menampung seluruh data dan informasi di bidang kelautan dan perikanan.
Hal ini merupakan salah satu upaya Indonesia dalam menerapkan penggunaan instrumen intelijen untuk mendukung Monitoring, Control and Surveillance (MCS) yang sudah dilakukan selama ini. Diharapkan, peningkatan kapasitas pengawas perikanan dalam menggunakan komponen intelijen tersebut mampu menjadi langkah maju mengungkap modus IUU fishing yang lebih modern dan terus berkembang.
Editor: Rizqa Leony Putri