Peristiwa 28 Maret: Kisah Prajurit Kopassus Lumpuhkan Pembajak Pesawat Garuda meski Kakinya Patah
Namun karena dia diberi kepercayaan untuk memimpin operasi, Sintong tidak memedulikan kondisi kakinya. Dikutip dari DC Channel, Sintong segera membentuk grup antiteror dari grup 4 Sandhi Yudha yang berjumlah 30 orang.
Sementara Benny Moerdani dari Ambon segera terbang di Jakarta. Saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, dia bersama Sudomo menghadap Presiden Soeharto. Benny menyampaikan ke Soeharto untuk mengambil opsi militer dalam mengatasi pembajakan.
Minggu tanggal 29 Maret 1981 malam, Benny dan pasukan antiteror bersiap berangkat ke Thailand. Sebelum berangkat, Benny melakukan inspeksi pasukan. Saat inspeksi, dilihatnya pasukan menggunakan senjata serbu jenis M16 A1.
Benny mengatakan, kalau senjata M16 ditembakkan ke dalam pesawat, bisa meledak pesawat itu. Karena itu Benny memerintahkan untuk mengganti senapan serbu heads and key MP5 kaliber dua 9 mm buatan Jerman.
Namun, pasukan tersebut belum ada yang pernah memegang senjata tersebut. Hal ini tentu saja berbahaya, karena belum tahu cara mengoperasikan senjata baru itu. Karenanya Sintong memandang, setiap senjata baru harus diuji coba dulu.
Oleh sebab itu Sintong menolak saat pasukannya harus mengganti senjatanya dengan MP5. Namun Benny tegas untuk memerintahkan mengganti senjata itu. Alhasil, Sintong meminta waktu kepada Benny untuk pasukannya berlatih senjata MP5.