Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Polemik Ijazah Jokowi, Bonatua Singgung KPU Sembunyikan 9 Informasi
Advertisement . Scroll to see content

Peserta KIP Ini Bangun Bisnis Beromzet Miliaran, Ini Kisah Inspiratifnya

Sabtu, 21 Januari 2023 - 12:38:00 WIB
Peserta KIP Ini Bangun Bisnis Beromzet Miliaran, Ini Kisah Inspiratifnya
Faron Ali Baihaqi, Peserta KIP yang Bangun Bisnis Beromzet Miliaran (Dok. Pribadi)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id -  Siapa bilang peserta Kartu Indonesia Pintar (KIP) tak bisa berinovasi untuk meningkatkan taraf hidupnya? Buktinya adalah Faron Ali Baihaqi yang kini memiliki bisnis beromzet miliaran rupiah.

Jalan hidup Faron tidaklah mudah. Ia terpaksa hidup bersama neneknya di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur akibat perceraian kedua orang tuanya saat SMP.

Di sana, ia hampir tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak memiliki biaya. "Waktu itu saya pesimis bisa kuliah karena nggak punya biaya," ujar dia dikutip dari laman Puslapdik Kemdikbud, Sabtu (21/1/2023).

Namun, jelang penerimaan mahasiswa baru 2016, ia mendapat informasi BidikMisi yang sekarang dikenal dengan nama KIP. Ia berhasil masuk Prodi Hasil perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman, Samarinda dengan beasiswa tersebut.

Dana Beasiswa Jadi Modal Usaha

Besaran beasiswa BidikMisi yang diperoleh Faron saat itu adalah Rp3.600.000 per semester atau Rp600.000 per bulan. Ia pun mengakui, dana tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

"Kalau kebutuhan kuliah mungkin cukup, tapi kan kebutuhan saya bukan sekadar itu. Ada kebutuhan lainnya," ucap dia.

Dari situ, faron memutuskan menggunakan uang BidikMisi sebagai modal usaha. Ia memilih untuk menggunakan uang tersebut untuk usaha perikanan laut, sesuai dengan program studinya.

"Saya ingat betul, modal awal itu Rp1,3 juta untuk membeli 30 kg ikan laut berbagai jenis," tutur Faron.

Setiap pukul 5 pagi ia membeli ikan di pengepul ikan di Muara Badak dan dibawa ke Samarinda untuk dijual. Ia menjual ikan tersebut ke perumahan-perumahan.

Waktu tersebut betul-betul ia atur agar tidak mengganggu jadwal kuliahnya. Bahkan, sampai ia meminjam motor temannya agar mengirit waktu perjalanan.

"Jadwal kuliah saya pukul 10 pagi. Jualan ikan saya habis pukul 9, jadi setelah dagang saya langsung ke kampus. Pulang dari kampus sore hari langsung balik ke Muara Badak yang kira-kira 1,5 jam perjalanan. Saya saat itu belum punya motor, jadi pinjam motor teman," katanya.

Faron biasanya membeli ikan dengan harga Rp40.000 per kilogram. Kemudian, ia jual dengan harga Rp70.000 per kilogram sehingga bisa untung hingga Rp30.000 padahal saat itu semua jenis ikan dijual sekitar Rp75.000 per kilogram di Samarinda.

“Pikiran saya, dengan harga jual yang lebih murah dari harga di pasar ditambah konsumen tidak perlu ke pasar, pasti menarik, dan alhamdulillah tidak meleset," ucap dia.

Selama enam bulan berjualan ikan dari rumah ke rumah, Faron pun berhasil membeli motor. Dari sana, ia pun memperluas sasaran pasarnya ke restoran hingga hotel.
Faron mulai menjajal untuk ekspor dengan bantuan relasi sesama penjual ikan. Saat duduk di semester 8, ia pun berhasil mengekspor ikan, seperti Kerapu, Bawal dan lainnya ke Negeri Tirai Bambu.

Selama berjualan, Faron selalu menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah. Ia memastikan ikan yang dijual tetap segar sampai di tangan pembeli.

Saat ini, Faron berhasil mengekspor berbagai jenis ikan, seperti  Tenggiri, Cumi, Kerapu, Udang, Bandeng, Bawal, hingga ikan Kakatua. Berawal dari mengekspor ke China, negara tujuan terus bertambah dan kini telah mengekspor ke 14 negara.

Faron kini memiliki omzet Rp5 sampai 10 miliar per bulan. Ia juga memiliki 60 karyawan dan melibatkan banyak nelayan sebagai pemasok ikan dan menjadikan perusahaan sebagai tempat magang atau PKL untuk mahasiswa kelautan dan perikanan.

"Sebelumnya, para mahasiswa harus magang atau PKL di Jawa, kini bisa di perusahaan saya," tutur dia.

Faron pun bersyukur atas hikmah yang didapatkan dari BidikMisi. Dari dana tersebut ia kini bisa membiayai kuliah dan hidupnya sendiri, serta orang lain.

“Dana Bidikmisi yang diberikan itu hanya untuk 4 tahun, jadi setahun berikutnya ditanggung saya sendiri,” ucap dia.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut