Polisi Pulangkan Dua Pengibar Bendera Bintang Kejora, 6 Ditahan di Mako Brimob
JAKARTA, iNews.id - Polda Metro Jaya telah menangkap delapan tersangka pengibar bendera Bintang Kejora saat unjuk rasa di depan Istana Negara, Rabu, 29 Agustus 2019. Sebanyak dua orang di antaranya dipulangkan.
Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengungkapkan, dua tersangka yang dipulangkan itu bernama Naliana Wasiangge dan Norince Kogoya.
"Dari delapan orang yang ditangkap, dua orang dipulangkan. Jadi enam orang yang ditahan di Mako Brimob," katanya melalui pesan singkat, di Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Argo menyebut Naliana Wasiangge dan Norince Kogoya dipulangkan karena tidak terbukti melakukan upaya makar. Naliana dan Norince disebutkan tidak terlibat dalam pengibaran bendera Bintang Kejora di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu, 28 Agustus 2019.
"Iya dipulangkan karena tidak terbukti," ujar mantan direktur Tahanan dan Barang Bukti (dirtahti) Polda Kalimantan Timur (Kaltim) ini.
Para tersangka yang ditahan itu adalah Dano Tabuni, Charles Cossay, Ambrosius Mulait, Isay Wenda, Ketua Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) Surya Anta Ginting dan Wenebita Wasiangge. Mereka dikenakan Pasal 106 dan 110 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terkait keamanan negara.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian memerintahkan Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono menindak pengibar bendera Bintang Kejora di depan Istana Negara, Jakarta Pusat. Bendera yang terafiliasi Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu dikibarkan saat demonstrasi mahasiswa, Rabu, 28 Agustus 2019.
Puluhan mahasiswa mengibarkan bendera Bintang Kejora saat demonstrasi menuntut referendum di depan Mabes TNI dan Istana Negara. Pengibaran itu pernah dilakukan pekan lalu.
Peserta demo menginginkan persetujuan referendum. Mereka ingin mendapatkan hak menentukan sendiri nasib Papua. Setelah orasi dari beberapa peserta demo, mereka membuka baju untuk menunjukkan simbol bintang kejora. Mereka juga mengibarkan tiga bendera dengan simbol yang sama.
Editor: Djibril Muhammad