Prabowo Unggul di Quick Count, Plt Ketum PPP Sindir Selebrasi Sujud Syukur
JAKARTA, iNews.id- Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP, Muhamad Mardiono menanggapi posisi pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul di quick count. Dia menyinggung adanya calon presiden (capres) melakukan selebrasi sujud syukur usai unggul di hasil quick count.
Beberapa lembaga survei telah merilis hasil perhitungan cepat pemilu 2024. Hasilnya pasangan Prabowo-Gibran unggul atas Anies-Muhaimi dan Ganjar-Mahfud.
Menanggapi hasil quick count, Muhamad Mardiono meminta salah satu pasangan capres dan cawapres untuk tidak melakukan sujud syukur usai unggul di perhitungan cepat, Namun dia meminta untuk menunggu hasil KPU.
“Kita saat ini sedang menjalankan perintah konstitusi yaitu menjalankan demokrasi. Bahwa demokrasi kita adalah landasannya konstitusi dan sebagai penting bahwa konstitusi kita itu adalah hukum jadi kita tidak mau menggunakan perang opini atau pembentukan opini di tengah-tengah publik karena kita juga pernah pengalaman dari mulai pemilu tahun 2014 dan 2019 dimana ada pasangan yang melakukan sujud syukur, syukuran menyatakan kemenangannya, kemudian ternyata pada akhirnya kalah,” kata Muhamad Mardiono di Jakarta pada Rabu (14/2/2024).
“Ini jangan sampai kita kemudian membuat rakyat kita yang sedang melakukan pesta demokrasi itu kemudian dicederai oleh kecemasan. Jadi biarlah pesta demokrasi itu dinikmati oleh rakyat secara natural. Rakyat yang sedang berdaulat menggunakan senjata kekuasaannya tiap kali itu betul-betul bisa dia nikmati,” ujarnya.
Menurutnya para politisi harus menghormati rakyat karena pemenang kedaulatan dalam demokrasi. Selain itu, Muhamad Mardiono juga memperingatkan kepada semua masyarakat untuk memantau tenrkait adanya kecurangan selama pemilu berlangsung.
“Biarlah rakyat yang berdaulat untuk menjalankan demokrasi ini. Kita semua adalah menghantarkan rakyat karena rakyatlah yang pegang hak kedaulatan rakyat itu,” ucapnya.
“Selanjutnya, jikalau kemudian ada unsur pembentukan opini itu telah terdesain sebuah kecurangan misalnya untuk melegitimasi desain-desain rencana kecurangan itu kemudian akan terlegitimasi dengan membangun opini-opini itu, kita juga tidak kalah penting untuk menyoroti dalam pelaksanaan pemilu ini ada mekanisme yang sesungguhnya transparan,” pungkasnya.
Editor: Ibnu Hariyanto