Presiden Jokowi: Perangi Terorisme dengan Cara Luar Biasa
JAKARTA, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar kejahatan terorisme diperangi dengan cara-cara yang luar biasa yaitu menggunakan pendekatan keras (hard power) dan lunak (soft power). Penanganan tersebut diperkukan karena terorisme merupakan kejahatan luar biasa.
Presiden mengingatkan, selama ini fokus perhatian seluruh pihak pada terorisme lebih banyak pada pendekatan 'hard power', dengan lebih mengedepankan penggunaan tindakan.
Menurut Presiden, pencegahan sebelum aksi teror dilakukan dengan penegakan hukum tegas, keras, dan tanpa kompromi dengan memburu dan membongkar jaringan teroris sampai ke akar-akarnya jelas sangat diperlukan, tapi itu belum cukup.
"Saatnya kita menyeimbangkan dengan pendekatan 'soft power' dan saya minta pendekatan 'soft power' yang kita lakukan bukan hanya dengan memperkuat progam deradikalisasi kepada mantan narapidana teroris, tapi juga membersihkan lembaga-lembaga mulai dari TK, SD, SMP, SMA, SMK, perguruan tinggi dan ruang-ruang publik, mimbar-mimbar umum dari ajaran-ajaran ideologi terorisme," kata Presiden Jokowi dalam rapat terbatas pencegahan dan penanggulangan terorisme, di kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5/2018).
Hadir dalam rapat terbatas tersebut Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah menteri Kabinet Kerja, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Suhardi Alius.
Langkah preventif dinilai Presiden penting terlebih ketika terjadi serangan teror bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo pada 13 Mei 2018 lalu yang mulai melibatkan keluarga, perempuan, dan anak-anak di bawah umur.

"Ini menjadi sebuah peringatan kepada kita semuanya, menjadi wake up call betapa keluarga telah menjadi target indoktrinasi terorisme. Sekali lagi saya ingatkan ideologi terorisme telah masuk kepada keluarga kita, ke sekolah-sekolah kita, untuk itu saya minta pendekatan hard power dengan soft power ini dipadukan," kata Presiden.
Menurut Kepala Negara, kedua pendekatan itu perlu diseimbangkan dan saling menguatkan, sehingga aksi pencegahan dan penanggulangan terorisme berjalan jauh lebih efektif lagi.
Langkah itu penting karena ancaman terorisme bukan hanya terjadi di negara-negara yang sedang dilanda konflik, tapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat serta Uni Eropa juga menghadapi ancaman yang sama.
Editor: Zen Teguh