Priyo Budi Santoso: 3 Capres Paling Ideal untuk Demokrasi
JAKARTA, iNews.id – Arah koalisi partai politik (parpol) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 masih sulit diprediksi. Namun, tidak jauh dari tiga skenario poros koalisi yang akan mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).
Skenario pertama adalah head to head antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Kedua, muncul poros ketiga yang akan mengusung capres alternatif bagi rakyat Indonesia. Ketiga, parpol pendukung Jokowi menguasai semua parpol untuk mengusung capres tunggal.
Menurut Mantan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, pilpres yang paling ideal untuk demokrasi Indonesia adalah munculnya poros ketiga agar masyarakat diberikan pilihan calon alternatif selain Jokowi dan Prabowo. Namun, untuk mewujudkannya sangat berat akibat tingginya persyaratan presidential threshold sebanyak 20 persen jumlah kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional hasil Pemilu 2014.
“Kehadiran poros ketiga sebenarnya bagus bagi demokrasi Indonesia karena memberi semakin banyak pilihan kepada masyarakat,” kata Priyo saat menghadiri diskusi dengan tema Peran Masjid, Mubaligh, dan Politisi Muslim di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/3/2018).
Dia mengatakan, parpol yang paling mungkin melahirkan poros ketiga adalah Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Meski begitu, kehadiran poros baru ini akan dinamis dengan penentuan capres-cawapres.
“Repotnya dari poros tersebut adalah siapa yang menjadi calon presiden dan calon wakil presidennya,” kata Wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bidang Politik Dalam Negeri ini.
Priyo memaparkan, yang paling besar kemungkinannya adalah head to head antara Presiden Joko Widodo melawan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto. Jika demikian, maka Pilpres 2014 kembali terulang. Bedanya, terjadi perubahan komposisi parpol pendukung bagi kedua calon.
Untuk skenario ketiga, ada kemungkinan muncul calon tunggal. Hal ini bisa terjadi jika Jokowi mengumpulkan semua parpol untuk mendukung dirinya di pilpres mendatang. Meski begitu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah menyatakan tidak akan mendukung Jokowi. Partai Gerindra juga cenderung mengusung Prabowo sebagai capres meski belum dideklarasikan.
“Jika Jokowi dan Prabowo satu paket menjadi capres dan cawapres, maka terjadi calon tunggal. Dugaan saya calon tunggal tadi lawan lumbung kosong kemungkinan bisa terjadi. Ini semua berisiko. Saya meyakini skenario ini bisa terjadi,” katanya.
Editor: Azhar Azis