PSBB Disebut Tak Efektif Cegah Covid-19 karena Beberapa Faktor Ini
JAKARTA, iNews.id - Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi meminta penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) disetop karena tak efektif mencegah penyebaran pandemi virus corona (Covid-19). Setidaknya, menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat aturan tersebut tak efektif.
Mantan bupati Purwakarta ini mengatakan, faktor pertama karena kebijakan pemerintah pusat yang melonggarkan transportasi. Seperti diketahui, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi resmi mengizinkan semua moda transportasi beroperasi kembali pada Kamis, 7 Mei 2020.
Dedi menilai, pelonggaran semua moda transportasi membuat interaksi orang semakin tinggi dan banyak. Sementara PSBB bertujuan untuk menekan jumlah orang berinteraksi baik antar-individu maupun antar-wilayah.
"Tetapi lalu lintas mobil tetap bisa lolos pos pemeriksaan di tengah PSBB. Penjagaan ketat hanya dilakukan pada jam-jam tertentu," katanya dalam sambungan telepon dari Karawang, Minggu (10/5/2020).
Dedi memaparkan, PSBB tak efektif karena aturan tersebut terlalu panjang dan lama sehingga berdampak pada ekonomi dan sosial masyarakat. Di sisi lain, ada kebijakan yang berbenturan, yakni PSBB dan kelonggaran transportasi.
Kondisi tersebut membuat masyarakat bingung. "Sektor ekonomi jadi terhenti kalau kebijakan PSBB terlalu lama," ucap politikus Partai Golkar ini.
Faktor lainnya, Dedi menuturkan, PSBB tak efektif karena tidak sepenuhnya ditaati masyarakat. Seperti satu toko buka, tetapi toko lain tutup. Orang berkerumun di satu toko yang buka, dan itu tidak ada artinya PSBB untuk menekan interaksi manusia.
PSBB sudah tidak efektif karena justru memicu problem sosial akibat bantuan dampak corona yang tak merata dan salah sasaran. "Daripada tidak jelas, ya sudah hentikan saja PSBB, karena membingungkan masyarakat oleh regulasi yang aneh-aneh," kata Dedi.
Dampak lain dari PSBB yaitu membuat aparat jenuh saat menjaga pos pemeriksaan, sehingga mudah emosi ketika menghadapi masyarakat yang bandel. Tapi sisi lain, masyarakat juga mulai jenuh karena tak bebas bepergian.
Editor: Djibril Muhammad