Pudarnya Kepakaran
Bahkan di tingkat elite politiknya minim sekali pengetahuannya tentang negara-negara di dunia, sementara politisi Gedung Putih mengklaim dirinya sebagai polisi dunia. Mereka tahu Pulau Bali misalnya, tetapi tidak tahu di mana Indonesia.
Hal yang membuat posisi pakar memudar adalah semakin berkembangnya berbagai cabang ilmu pengetahuan sampai ke ranting-ranting terkecil. Ini membuat seorang yang memiliki kepakaran dianggap sebagai ilmuwan biasa saja.
Sekarang ini bukan hal asing melihat seorang pasien mendebat dokternya tentang resep obat yang diberikan. Banyak pasien mempelajari jenis penyakit dan obatnya lewat media sosial.
Apa yang dikemukakan Nichols itu sekarang juga fenomenal di Indonesia. Pengguna gawai di Indonesia masuk posisi ketiga terbanyak di dunia setelah China dan India. Saat ini orang mudah sekali mengakses informasi, bahkan dibanjiri informasi sehingga masing-masing merasa setingkat pengetahuannya.
Ketika masuk ranah politik dan agama, orang hanya mau mendengar dan membaca apa yang sesuai selera dan keyakinannya sehingga menolak apa yang tidak disukainya. Peristiwa berkumpulnya massa “212” di Lapangan Monas dan sekitarnya mengindikasikan pudarnya wibawa pakar serta pemimpin konvensional, mereka lalu menciptakan wadah sendiri. Setiap orang merasa otonom dan sejajar.