RA Fadillah, Kisah Heroik Kapten Kopassus yang Gagah Berani Hadapi Kepungan Pemberontak di Riau
Setelah tembakan reda, Kapten RA Fadillah membagi pasukannya menjadi tiga kelompok. Satu di sisi kiri, satu di sisi kanan, dan lainnya sebagai cadangan di tengah belakang. Kapten RA Fadillah berjalan sendiri di tengah sebagai penghubung antar kelompok.
Meski terus melancarkan serangan, pasukan RA Fadillah belum juga memukul mundur musuh. Selain berkekuatan lebih banyak, pasukan musuh berada di posisi tinggi dan memiliki penguasaan medan lebih baik. Kapten RA Fadillah dengan gagah berani berdiri sendirian di jalan setapak menghubungkan pasukannya. Namun dia cukup kesulitan karena kondisi medan yang tertutup rapat meski jarak musuh hanya tinggal 10 meter.
Salah satu prajurit RA Fadillah, Praka Bugis pun gugur di tengah hujan tembakan. Sementara pasukannya di sebelah kanan mulai kesulitan karena senapan mereka kehilangan daya pegas. Kapten RA Fadillah dengan gagah berani tetap memimpin pasukannya melakukan serangan.
Namun musuh yang berada di sebelah kanan RA Fadillah melepaskan tembakan yang mengenai perutnya. RA Fadillah kemudian didatangi anak buahnya dan mengatakan sudah tak sanggup merangkak.
Dua prajurit secara susah payah mengangkat tubuh Kapten RA Fadillah. Dia kemudian diserahkan ke pasukan cadangan untuk kembali ke Desa Cengar untuk mendapat pertolongan pertama.
Tim itu juga kesulitan menghubungi kelompok pimpinan Lettu Djajadiningrat karena sinyal mati. Tanggal 2 April 1958 pukul 17.30 WIB, Kapten RA Fadillah mengembuskan napas terakhir.
Pukul 20.00 WIB semua pasukan meninggalkan Desa Cengar sambil membawa jenazah. Sementara Kie C dikerahkan ke Lubuk Jambi yang berhasil dikuasai tanpa perlawanan.
Editor: Rizal Bomantama