Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Fahmi Bo Dioperasi dan Dirawat di Ruang VIP Dibantu Raffi Ahmad, Berapa Biayanya?
Advertisement . Scroll to see content

Raffi Ahmad dan Urgensi Influencer dalam Komunikasi Publik

Kamis, 21 Januari 2021 - 16:04:00 WIB
Raffi Ahmad dan Urgensi Influencer dalam Komunikasi Publik
Dosen Ilmu Komunikasi STABN Sriwijaya Tangerang Arif Budiwinarto. (Foto: dok.pri).
Advertisement . Scroll to see content

Kesal dengan sikap Raffi yang dinilai memberikan contoh buruk, warganet ramai-ramai mengkritik di kolom komentar akun media sosialnya atau melalui tulisan di akun pribadi. Tindakan Raffi dikhawatirkan membentuk persepsi publik bahwa vaksin bisa mengembalikan kehidupan normal secara instan. Padahal, setelah divaksin masih harus tetap menjalankan protokol kesehatan sebagai instrumen pendukung menekan penyebaran Covid-19.

Data yang diperoleh dari Binokular menunjukkan di Twitter 94 persen sentimen yang mengemuka adalah negatif sepanjang 4-15 Januari, sedangkan 6 persen netral. Sentimen negatif kompak menyinggung, entah kealpaan atau ketidaktahuan Raffi, mengenai waktu efektif vaksin bekerja serta vaksin tidak menjamin seseorang bisa terhindar dari Covid-19. Padahal, Raffi masih harus mendapat suntikan kedua setelah 14 hari dari suntikan pertama. 

Raffi memang sudah memberikan klarifikasi serta menyampaikan permintaan maaf, begitu juga Kantor Staf Presiden (KSP) sebagai pihak yang menggaet Raffi. Namun, langkah tersebut tak cukup membendung narasi-narasi hujatan dan sentimen pada pemerintah yang melibatkan influencer dalam program krusial seperti vaksinasi.

Jumlah berita mengenai kontroversial Raffi naik tajam menjadi 632 berita. Mayoritas dari media online. Sentimennya masih didominasi sentimen positif, namun tak menutup kemungkinan berita-berita tersebut bersifat false positive (judul/headline ber-tone positif sehingga salah dibaca oleh mesin). Lebih dari separuh berita daring bersentimen positif (59%). Berita positif diisi oleh liputan permohonan maaf yang dilakukan oleh Raffi Ahmad sedangkan berita negatif (35%) dan netral (6%) meliput dan mengkritik pesta Raffi dkk. 

Yang terjadi kemudian adalah pesan utama program vaksinasi justru terdistraksi dengan pembahasan dan pemberitaan berputar pada sikap dan persona seorang Raffi Ahmad serta konsekuensinya. 

Kualitas Hasil Mutu dan Pola Hubungan 

Kasus di atas harusnya menjadi masukan dan bahan evaluasi pemerintah dalam melakukan komunikasi publik melibatkan selebritas. Citra diri seorang publik figur dalam hal ini selebritas memang menjanjikan sorotan luas, serta mampu mentransmisikan pesan kuat pada masyarakat, yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan partisipasi khalayak pada program-progam pemerintah, termasuk vaksinasi. 

Namun, kontradiksinya seorang selebritas tetaplah manusia biasa, tentunya setiap perilakunya akan jadi perhatian bahkan tidak menutup kemungkinan memunculkan kontroversi.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut